Syekh Jamaluddin (Surgi Mufti) Penerus Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary dan Karomahnya

Potret Syekh Jamaluddin Al Banjari (internet)

Jadi mufti hanya bisa memberikan fatwa kalau diminta oleh hakim yang sedang memeriksa dan mengadili suatu perkara.

“Dari beberapa data tersebut menggambarkan perkembangan dan tugas Mufti dalam lembaga keagamaan. Kemudian menjadi dasar dalam mendeskripsikan peranan dari mufti Syekh Jamaluddin Al Banjari dalam perkembangan syiar Islam di Kota Banjarmasin dan sekitarnya,” tuturnya.

Garis besarnya dapat dijabarkan sebagai berikut. Peranan Dalam Syiar Islam layaknya sebagai Mufti, Syekh Jamaluddin memiliki ilmu yang komplit. Syekh Jamaluddin mewarisi ilmu kakek dan datunya yaitu Mufti Pangeran Ahmad dan Syekh Muhammad Arsyad, khususnya di bidang ilmu falak dan geografi. Satu diantaranya, memiliki keahlian di bidang falaqiyah (astronomi).

Dengan keahlian itu, dia memutuskan awal dan akhir Ramadhan serta kapan waktu bercocok tanam yang baik. Dia juga diberi kelebihan untuk menentukan datangnya hilal 1 Ramadhan.

Dengan keilmuan dan pengetahuan itu, dia mampu mengambil keputusan awal dan akhir Ramadhan serta kapan waktu bercocok tanam yang baik, bahkan yang lebih hebatnya menentukan datangnya hilal 1 Syawal.

“Selain menjadi Mufti, Syekh Jamaluddin juga menggelar majelis di berbagai tempat,” imbuhnya.

Sejak kejadian itu, petinggi Belanda semakin menaruh hormat kepada Syekh Jamaluddin. Sebab tidak hanya ahli ibadah dan kuat dalam agama, tetapi juga piawai dalam perkara dunia.

Sebagai bentuk penghargaannya, pihak Belanda saat itu menjuluki Syekh Jamaluddin Al-Banjary sebagai Surgi Mufti.

Baca Juga : Mengkaji Pemikiran Hukum Muhammad Arsyad Al Banjari

Keteguhannya beribadah menjadi bukti, betapa kekuatan ilmu agama lebih mulia daripada urusan dunia. Tak salah pula jika kepemimpinannya disukai Belanda, dan juga dakwahnya dinantikan murid-muridnya.

Kala itu, banyak penduduk yang datang dan belajar mengaji dengan Syekh Jamaluddin baik dari kerabat maupun sahabat sehingga hari-harinya penuh terisi dengan kegiatan belajar dan mengajar serta memberi nasehat-nasehat kepada para tamu yang datang mengunjunginya.

Umumnya mereka datang dari tempat yang jauh dan mengharap bimbingan rohani dalam menjalani kehidupan dunia. Kepada mereka itu selalu diberi jamuan makan.

“Syekh Jamaluddin itu terkenal mengadakan pengajian duduk, tidak berdakwah dari rumah ke rumah. Tetapi justru warga yang berdatangan ke rumahnya,” ungkapnya.

Semua keturunan Syekh Jamaluddin atau Surgi Mufti, rata-rata hafal dan khatam Quran. Karena itulah muridnya cukup banyak yang datang mengkaji ilmu agama.

Hal utama yang menjadi materi pendidikannya adalah ibadah shalat. Walaupun demikian, Syekh Jamaluddin juga mengajarkan ilmu tarikat, bernama Tarikat Sadzaliyah, tetapi tidak dikembangkan, hanya untuk kalangan tertentu.

Manaqib Alimul Allamah Surgi Mufti atau Syekh Jamaluddin juga berperan besar dalam membuka jalur jalan dari Desa Dalam Pagar menuju Desa Kelampayan, Martapura.

Tepatnya pada tahun 1311 H, dia membuatkan jalan tembus menuju makam Syekh Muhammad Arsyad untuk memberikan kemudahan kepada kaum muslimin berziarah ke makam Datu Kelampaian.

“Dia pula yang membuat kotak atang pada makam Syekh Muhammad Arsyad yang terbuat dari kayu ulin serta diukir dengan tulisan kalimat Allah beserta nisannya,” ceritanya.