Asal Mula Nama Desa Dalam Pagar, Berawal dari Sebidang Tanah Datu Kelampayan

Foto luar: Masid Tuhfatur Ragibin Desa Dalam Pagar Ulun, Martapura Timur, Kabupaten Banjar tempo dulu. (Sumber: KTLV/Net)

MARTAPURA, klikkalsel.com – Dalam Pagar, merupakan nama dari sebuah desa yang ada di Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar.

Desa Dalam pagar sendiri banyak melahirkan ulama besar yang tersebar di Kalimantan bahkan hingga ke luar daerah, termasuk luar negeri, seperti Malysia, Fatani dan lain sebagainya. Salah satunya adalah Syekh Abdurrahman Shiddiq Al Banjari yang terkenal dengan Datu Sapat Tambilahan, yang menjadi Mufti di Kesultanan Indragiri.

Selain itu, Tuan Guru Zainal Ilmi, beliau lahir di Dalam Pagar dan banyak berguru kepada Ulama dalam pagar, seperti KH Ismail, KH Ahmad Nawawi, KH Khalid dan banyak lagi. Beliau memiliki hubungan khusus dengan Syekh Abdurrahman Shiddiq.

Penamaan Dalam Pagar ini lekat dengan sejarah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Menurut cerita dari Ustadz Fadlan, dahulunya desa ini merupakan tempat tinggal Datu Kelampayan, yang mana diberikan sebidang tanah yang luas oleh Kesultanan Banjar pada saat itu .

“Dari sebidang tanah itu beliau pakai untuk bercocok tanam dan mengajarkan ilmu agama,” jelasnya.

Baca Juga Menengok Persiapan Haul Datu Kelampayan ke-218

Baca Juga Foto Datu Kelampayan Pertama Kali Dibawa Oleh DPR RI dari Museum Leiden Belanda

Sebidang tanah tersebut, ujar Ustadz Fadlan dipagari oleh Syekh Muhammad Arsyad, untuk membatasi tanah yang diberikan kepadanya.

“Pagar itu dari kayu-kayu yang ada di sekitar sana saja,” ucapnya.

Foto dalam : Guru Fadlan salah satu keturunan Datu Kelampayan yang tinggal di Desa Dalam Pagar, Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar (Mada Al Madani)

Seiring berjalannya waktu, kawasan yang dipagari oleh Datu Kelampayan kemudian banyak didatangi oleh masyarakat yang ingin menimba ilmu agama

Setiap kali orang ingin ke sana, menurut keterangan Ustadz Fadlan, selalu menyebutnya dengan nama Dalam Pagar, sehingga melekat sebutan tersebut di kalangan masyarakat.

“Jadi mereka bilang mau ke Dalam Pagar, dari Dalam Pagar, dan melekat hingga saat ini sampai menjadi sebuah nama desa,” ungkapnya.

Menelusurui letak tanah yang ditempati oleh Datu Kelampayan tersebut, saat ini diperkirakan oleh Ustadz Fadlan berada di Desa Dalam Pagar Ulun.

“Ditikungan itu pang pinanya, soalnya desa ini beberapa kali pemekaran, jadi Dalam Pagar itu kada tahu lagi, tapi yang jelas Desa Dalam Pagar yang awalnya itu di sana (Dalam Pagar Ulun, red) di sini cuman karena pemerintahan desanya aja, jadi dibuat tetap namanya,” jelasnya.

Di desa tersebut juga banyak terlahirnya pemikiran-pemikiran Syekh Muhammad Arsyad yang mencetus berbagai kitab, di antaranya Sabilal Muhtadin, Risalah Ushuluddin, Tuhfatur Ragibin, Ilmu Falaq dan banyak lagi kitab-kitab karangan ulama Martapura ini.

Selain itu, ditempat tersebut juga lahir keturunan-keturunan Syekh Muhammad Arsyad, seperti Syekh Syihabuddin (makamnya diperkirakan berada di Pekan Baru, Riau), Syekh Abdussamad di Marabahan, Syekh Muhammad Arsyad (Pagatan, Tanah Bumbu), Qadhi Abu Thalhah (Tenggarong), Syekh Muhammad Thayyib (Datu Taniran, Kandangan), Syekh Junaid (Berau, Kalimantan Utara), dan masih banyak lagi.

“Tokoh-tokoh besar ini adalah keturunan dari Syekh Muhammad Arsyad, dan disebar ke berbagai daerah,” tutur Guru Fadlan.

Syekh Muhammad Arsyad tutup usia pada 03 Oktober 1812H diumur ke102 tahun, dan dimakamkan di Desa Kelampayan Tengah, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar. (Mada Al Madani)

Editor: Abadi