Politik Cair Menyejukkan

Anwar Ibrahim yang pernah jadi anak emas Mahatir, tak terelakkan sekaligus menjadi musuh besar dalam politiknya.

Tapi tak ada musuh abadi dalam politik. Politik begitu cair. Kemungkinan bisa saja terjadi dari sesuatu yang berat untuk terjadi. Mahatir yang pernah menzalimi Anwar Ibrahim datang bertamu. Dia mengajak islah dan berkoalisi tahun 2018 membentuk Pakatan Harapan untuk melawan Najib Rajak yang berkuasa.

Mahatir kembali merebut PM Malaysia dan berjanji hanya menjabat setahun, selebihnya diserahkan ke Anwar Ibrahim Ibrahim. Namun, lagi lagi, Mahatir ingkar. Anwar tak kunjung mendapatkan janji itu, bahkan dia terlempar kembali dari lingkar kekuasaan.

Kekalahan, penjara dan penghianatan tak membuat Anwar surut menjalankan tugasnya sebagai hamba yang berikhtiar. Dia sadar urusan menang dan kalah bukan kuasanya, tapi kuasa Tuhan. Tapi pantang menyerah dan berikhtiar membawa ketidakmungkinan hadir sebagai yang mungkin kepadanya.

Baca Juga : Konstelasi Politik Tabalong dan Mereka Yang Digadang-gadang Bertarung di 2024

Pada bulan November 2022 Raja Malaysia melantik Anwar Ibrahim menjadi perdana menteri ke 10. Partai politik di Malaysia tidak satu pun yang memiliki suara mayoritas pada jumlah dipersyaratkan sebagai yang dapat mengantarkan menjadi perdana menteri. Namun dibanding yang lain Partai Anwar Iberahim lebih unggul. Perselisihan terjadi, Raja turun tangan dan memutuskan Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri.

“Dendam tak boleh mengikat kuat sehingga hilang pertimbangan siuman,” kata Anwar Ibrahim ketika dimintai pendapatnya terkait Mahatir Mohammad, kepada detik.com.

Kemenangan yang tak sempurna adalah ketika tak pernah kalah. Dan tak ada kekalahan yang sempurna, kecuali ia akan mendekat kemenangan. Kekalahan itu hanya berbicara kemenangan yang belum datang. Kemenangan bagi seorang politisi sejati bukan tentang kapan kekuasaan dapat diraih, tetapi tentang kekuatan hati untuk selalu berkontribusi dalam politik kebaikan dan mengalahkan ego pribadinya sendiri.

Dari negeri seberang saya beralih ke buncu daerah yang tanahnya masih serumpun dengan Malaysia, yakni Kabupaten Tabalong.

Anang syakhfiani sebelum menjadi bupati adalah seorang yang selalu beroleh kekalahan bertubi-tubi. Tidak hanya itu, dia juga terasing terbuang dan kalah lagi, di masa pemerintahan saat itu. Kekalahan demi kekalahan dan pilihan sikapnya yang pantang menyerah membuat masyarakat Tabalong menaruh empati. Pasca habis masa jabatan patahana, Anang Syakhfini meraih kemenangan telak dalam pilkada sebagai Bupati Tabalong.