Hari Jadi Satui ke 355, dari Kiai Idham Chalid Hingga Ketupat Balamak

Karnaval membawa ketupat balamak oleh masyarakat Satui saat memperingati hari jadi Satui ke 355.(foto : puja/klikkalsel)

SATUI, klikkalsel– Tepat pada 27 Agustus 2018, sebuah kota kecil di tenggara Pulau Kalimantan, memperingati hari lahir ke 355. Kota kecil itu bernama Satui yang secara filosofis berarti satu atau mempersatukan.

Berdasarkan catatan di buku “Hikayat Banjar”, nama Satui sudah tercatat pada 1663. Kemudian, Satui sebagai sebuah distrik diputuskan oleh Staatsblad Van Nederlandisch Indie Voor Het Jaar pada 27 Agustus 1849.

100 tahun kemudian, tepatnya pada 27 Agustus 1921, seorang tokoh nasional, ulama, sekaligus politikus bernama Idham Chalid, lahir di Kota Satui yang hari ini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu.

H Aluy yang menjadi tokoh masyarakat Satui menekankan, jauh sebelum Kiai Idham Khalid lahir, Kota Satui sudah terbentuk. Namun pada kenyataannya kelahiran Idham Khalid seorang pahlawan Kalsel ini sama dengan kelahiran Satui.

“Ternyata tanggal lahir Satui sama dengan hari lahir Kiai Idham Khalid. Padahal, tanggal itu ditentukan jauh sebelum Kiai Idham lahir,” ujar H Aluy, saat menyampaikan sambutan di Hari Jadi Satui ke 355 yang digelar di Panggung Seni Kecamatan Satui, Senin (27/8/2018).

Baliho Kiai Idham Chalid mengenakan peci putih juga terpampang di sisi panggung yang berada tak jauh dari Kantor Kecamatan Satui. Pihak panitia juga memajang gambar uang kertas Rp5 ribu yang menampilkan Kiai Idham Chalid sebagai tokohnya.

Tim peneliti sejarah dari Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, lewat bukunya “Menelusuri Jejak Kota Satui dalam Lintasan Sejarah” makin memperkuat bahwa nama dan kota Satui secara geografis memang sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Dalam riwayat lain yang umum dijumpai memang disebutkan bahwa Satui merupakan salah satu peradaban tua di Kalimantan Selatan.

Selain menampilkan Kiai Idham Chalid sebagai tokoh sentral di Hari Jadi Satui ke 355, panitia juga menampilkan simbol kebudayaan lain dari Kota Satui yakni Ketupat Balamak.

Ketupat balamak sebenarnya sama saja dengan ketupat lain pada umumnya. Namun yang membedakan, cita rasa ketupat balamak lebih gurih karena dibuat dengan campuran santan.

Sebelumnya, ketupat balamak diarak menggunakan jukung di sepanjang Jalan Provinsi di Kecamatan Satui dalam karnaval budaya yang melibatkan seluruh komponen masyarakat; dari kalangan organisasi, pelajar, ASN, hingga masyarakat umum. Dalam karnaval budaya itu, Katupat Balamak diarak sejauh 3 kilometer.

Meski cuaca sangat panas, karena minim pohon peneduh, tetapi antusiasme peserta tak surut. Bahkan, banyak di antaranya yang terus menyanyikan “yel-yel” penuh semangat.

Sebagian besar peserta juga tampil unik dengan mengenakan pakaian adat. Ada juga barisan anak-anak yang mengenakan seragam polisi dan tentara.

Muhammad David Affandi, seorang pelajar MTsN III Tanah Bumbu, yang mengenakan baju Banjar warna hijau terlihat sangat bersemangat mengikuti even Hari Jadi Satui. Ia pun mengaku tak lelah meski harus berjalan kaki sejauh dua kilometer dalam kondisi cuaca yang sangat panas.

“Tidak capek. Rasanya, ya, senang bisa ikut karnaval,” kata David, bersemangat.

Ketua Panitia Pelaksana, M Taufik, mengatakan Hari Jadi Satui kali ini adalah even paling meriah dibandingkan even hari jadi sebelumnya. Apalagi even tersebut melibatkan seluruh komponen masyarakat. “Ini even Hari Jadi Satui paling meriah. Semua warga terlibat dan berpartisipasi untuk memeriahkan acara ini,” tandasnya.

Tampak hadir dalam Hari Jadi tersebut Camat Satui, Ferdi Yospi, unsur Muspika, dan pejabat setempat.(puja)

Editor : Amrannuddin

Tinggalkan Balasan