TBC di HST Masuk Urutan Tiga Tertinggi Se-Kalsel, 33 Kasus Ditemukan Per Tahun 2023 Hingga Maret 2024

Ilustrasi penderita Tuberkulosis (TBC).

BARABAI, klikkalsel.com – Ada sebanyak 33 kasus Tuberkulosis (TBC) yang ditemukan sepanjang tahun 2023 hingga Maret 2024 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Dari 33 pasien TBC itu, 19 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 14 lainnya perempuan. Kasus TBC paling banyak menyerang bayi hingga orang dewasa.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Penunjang Medik RSUD H Damanhuri Barabai, dr Era Ery Dhani kepada klikkalsel.com, Sabtu (13/4/24).

“Yang kami sebutkan itu berdasarkan data pasien yang ada di RSHD Barabai,” ujarnya.

Ia mengungkapkan dari 33 pasien TBC itu, tidak semuanya rawat inap, ada juga yang rawat jalan.

“Terkait perawatan, pasien TBC di RSHD Barabai diberikan ruang perawatan khusus dengan sistem ventilasi yang sudah diatur sesuai standar ruang perawatan TBC,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa ruang ini khusus untuk pasien TBC yang dirawat, tidak digabung dengan pasien selain TBC, mengingat penyakit ini mudah menular.

Lebih lanjut, dr Era menjelaskan terkait pencegahan dan penyembuhan yang bisa dilakukan oleh pasien tertular TBC.

“Sebelum membahas pencegahan dan penyembuhan, harus diketahui dahulu bahwa Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) pada organ paru,” jelasnya.

Baca Juga DBD di Banjar 266 Kasus, Bunyi Sirine dan Kentongan Akan Jadi Pengingat Warga untuk Bersih-bersih

Baca Juga Antisipasi Banjir dan Wabah Penyakit, Personel Gabungan TNI-Polri Gelar Karya Bakti Bersihkan Lingkungan

“Bakteri tersebut menyerang paru sehingga menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk lama, terkadang bisa bercampur bercak darah, sesak napas dan bisa disertai nyeri dada,” sambugnya.

Biasanya, kata dia, penderita juga mengalami gejala lain, seperti berkeringat pada malam hari tanpa aktivitas dan demam, penurunan berat badan yang diakibatkan kehilangan nafsu makan, serta tampak lesu dan lemas.

“Untuk diketahui kembali, bahwa Bakteri MTB itu akan terbawa droplet atau percikan dahak saat penderita TBC batuk atau bersin, termasuk saat berbicara, sehingga terjadilah penularan. Penularan itu bisa terjadi dari seseorang dengan penyakit TB paru aktif yang tidak diobati,” bebernya.

Namun, tidak perlu khawatir sebab penyakit TBC merupakan penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan.

Dr Era mengatakan terkait pencegahan TBC yang terpenting selain meminum obat secara teratur sesuai anjuran dokter adalah dengan memutus rantai penularan dengan penemuan segera penderita TBC yang merupakan sumber penularan.

“Selain itu tentu saja dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta menerapkan etika batuk dan bersin yaitu dengan cara gunakan masker jika sedang terkena batuk pilek, jika sedang batuk/bersin gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung kemudian buanglah tisu pada tempat sampah, jika tidak ada tisu tutup mulut/hidung dengan lengan atas bagian dalam (jangan menggunakan telapak tangan), terakhir jangan lupa mencuci tangan setelahnya,” paparnya.

Kemudian, kata dia, bagi Pasien yang sudah tertular TBC, dapat sembuh jika meminum obat teratur sesuai anjuran, makan makanan bergizi dan menjaga PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Namun demikian, kata dia, penderita TBC yang telah dinyatakan sembuh pun dapat tertular kembali jika daya tahan tubuh menurun atau tertular kembali karena kontak setiap hari dengan pasien TBC yang tidak berobat di lingkungan tempat tinggal pasien, seperti anggota keluarga (yang menderita TBC) yang satu rumah dengan penderita tersebut.

“Sehingga penting untuk menjaga daya tahan tubuh tetap normal dan menjaga pola hidup bersih dan sehat,” pungkasnya.

Untuk diketahui, berdasarkan data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Kabupaten HST, dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah menjadi urutan ketiga tertinggi kasus TBC per tahun 2023.
Yang pertama, didahului oleh Kota Banjarmasin dengan range angka sekitar 88,9% penderita. Kedua, Kota Banjarbaru dengan range angka sekitar 72,8% dan Kabupaten HST sekitar 70,5%.

Disusul oleh Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan range angka sekitar 67,1%, Kabupaten Balangan sekitar 66,2%, Kabupaten Kotabaru sekitar 63,3%, Kabupaten Tanah Laut sekitar 53,0%, Kabupetan Tabalong sekitar 51,5%.

Dilanjutkan oleh Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan range angka sekitar 51,5%, Kabupetan Banjar sekitar 49,4%, Kabupaten Tapin sekitar 43,7%, Kabupaten Tanah Bumbu sekitar 35,5%, dan Kabupaten Barito Kuala sekitar 34,9%.(ziha)

Editor : Amran