Pengungsi Berpotensi Alami Stress Jika Bantuan Kebutuhan Dasar Dilalaikan

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel) melanda 10 kabupaten/kota. Puluhan ribu warga terdampak harus mengungsi di tempat penampungan. Trauma pasca musibah berpotensi korban banjir, khususnya para pengungsi mengalami stress.

Pos Komando Tanggap Darurat Kalsel mencatat sebanyak 324.496 jiwa terdampak banjir dan tanah longsor, per update terakhir pukul 18.00 Wita Senin (18/1/2021). Musibah ini mengakibatkan 76.962 jiwa harus mengungsi ke tempat lebih aman.

Diantara mereka ada yang mengamankan diri ke rumah saudara. Ada juga korban memilih ke tempat pengungsian.

Pengungsi dikhawatirkan mengalami stres. Sebab, bencana alam adalah satu pemicu stres.

Psikolog, Rifqoh Ihdayati, S. Psi, M. AP mengatakan, stres pengungsi korban banjir dapat dicegah, tergantung kepekaan sosial masyarakat dan pemerintah dalam hal penanggulangan pasca musibah. Dari puluhan ribu tersebut tentunya ada yang merasa trauma atas musibah yang melanda.

Dia mengatakan, dukungan psikologis adalah hal yang paling utama patut diberikan kepada pengungsi. Kata, Rifqoh, metode ini ada tiga cara yaitu ‘Look, Listen And Link’ atau yang berarti Melihat, Mendengar, dan Menghubungkan.

“Jadi ke lapangan dulu, lihat apa kebutuhan mereka yang jelas kebutuhan dasar,” sebutnya.

Kebutuhan dasar yang dimaksud yaitu makanan, pakaian, tempat tidur yang layak, serta obat-obatan. Apabila tahap ini telah dipenuhi, maka relawan maupun petugas sosial dapat mengajak bicara untuk mendengarkan keluh kesah pengungsi.

“Mendengarkan saja itu cukup. Mendengarkan dalam artian betul-betul dengan ada empati, mendengarkan dengan tekun,” jelas Psikolog yang pernah lama berdinas di RSUD Ulin Banjarmasin.

Psikolog kelahiran Banjarmasin yang saat ini berdinas di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta tersebut menambahkan, fungsi melihat kebutuhan dasar dan mendengarkan keluh kesah dapat mengetahui psikologis, akhirnya dapat mengetahui gejala yang dialami pengungsi.

“Misalnya secara fisik (kesehatan,red) ada bermasalah, maka memberikan link ke dokter, ke puskesmas. Kemudian kalau memang stress di-link-kan kepada psikolog atau psikiater,” tuturnya

Dia mengungkapkan, 70-80 persen penyebab pengungsi stres karena tidak terpenuhiny kebutuhan dasar mereka. Pun demikian, ini tergantung mental masing-masing pengungsi.

“Gangguan yang muncul karena tidak terpenuhi kebutuhan dasar, itu sangat mungkin. 5 hari (pascamusibah-red) sudah bisa muncul gangguan emosional itu,” pungkasnya. (rizqon)

Editor: David

Tinggalkan Balasan