Bantu Ibu, Rehan Jual Kerupuk hingga Ngamen Badut

TANPA iringan musik yang nyaring, para badut jalanan itu berjoget asyik sambil melambai, bergoyang, dan berpose lucu untuk menarik perhatian warga yang melintas di hadapannya.
Keberadaan badut jalanan memang sedang menjamur di sudut Kota Banjarmasin. Mereka bisa ditemui di mana saja, hampir diseluruh titik persimpangan jalan utama.
Sejak pagi menyapa hingga terik mentari mereda, badut yang berisi manusia itu beraksi menanti sekeping derma. Salah satunya, di lampu merah jembatan flyover, di Jalan A Yani dan Gatot Subroto.
Begitu lampu lalu lintas berwarna merah, para badut itu bergegas mengambil ancang-ancang. Mereka menghampiri satu demi satu kendaraan yang berhenti agar bisa mengeluarkan uang kecil yang bagi mereka sangat bermakna.
Rehan Aditya yang bersusia 9 tahun juga menjadi pengamen badut yang beberapa hari ini viral di media sosial. Kberaniannya untuk mencari nafkah dan semangatnya yang tinggi kini menjadi sorotan warga Banjarmasin.
Di balik kostum badut yang lucu, tak banyak orang yang tahun bila Rehan Aditya baru berusia sembilan tahun.
Namun, ketika bagian kepala badut terbuka, barulah sejumlah pengendara menyadari bila sosok di dalamnya ialah seorang anak kecil dengan keringat didahinya.
Sejak beberapa bulan lalu, Rehan ikut membantu ibunya yang juga sebagai pengamen badut di sekitar Jalan Gatot Subroto, Banjarmasin.
Dengan kostum karakter kartun kelinci ia nampak lucu dan ceria menunjukkan tingkah kepada masyarakat yang lewat. Rehan yang baru kelas 3 disebuah Sekolah Dasar menggeluti aktivitas ngamen badut ini karna panggilan hatinya sendiri, dengan niat membantu ibunya dan untuk jajannya sendiri.
“Tak ada paksaan, sangat senang karena bisa membantu sedikit tambahan untuk membantu ibu,” ucapnya dengan lugu kepada klikkalsel.com Kamis (27/8/2020).
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini ternyata sudah lama ingin membantu keluarganya ngamen badut. Ia melihat kakak dan ibunya sendiri juga ngamen badut di kawasan Jalan Gatot Subroto.
Awalnya kostum yang dipakainya berasal dari sewa per hari sebesar Rp50 ribu kepada penyewaan badut, tetapi sejak beberapa hari terakhir Rehan mendapatkan kostum badut sendiri yang diberikan salah satu orang dermawan kepadanya.
Dari 2 kostum badut yang ia miliki, secara bergantian dipakai oleh keluarganya, dari pagi hingga siang dan sore sampai malam untuk mengamen badut.
“Selain ngamen badut saya juga jualan kerupuk, mulai kelas satu,” kata dia.
Sebelum ngamen menjadi badut, Rehan dari kelas satu Sekolah Dasar sudah terbiasa membantu ibunya menjajakan kerupuk, dan hingga saat ini di masa pandemi ia memilih membantu ibunya ikut ngamen jadi badut di pinggiran Jalan Gatot Subroto.
Selain itu, Rehan yang juga mempunyai niat ingin jadi Relawan dan gemar bermain bola, ternyata baru baru ini ikut sekolah Tahfidz, sebab ia ingin menjadi penghafal Al Qur’an.(airlangga)
Editor : Amran

Tinggalkan Balasan