Asal Nama Sungai Jingah yang Dikenal Kampung Saudagar di Zaman Hindia Belanda

Asal Nama Sungai Jingah yang Dikenal Kampung Saudagar di Zaman Hindia Belanda
Rumah saudagar H.A Ganikamar di Sungai Jingah tahun 1930 an (Sumber foto: arsip Mansyur)

Satu diantara lokasi pembangunan suar tersebut adalah di pintu masuk (muara) Sungai Djinga atau Jingah.

Suar itu, kata Mansyur diletakkan di plat logam atau besi setinggi 5 meter, berdiri di sisi sungai, yang jaraknya 3 mil dari Tanjung Telan. Bahkan dituliskan terdapat sebuah rumah Banjar berwarna putih yang didirikan di tepi sungai, di sekitar Muara Sungai Djinga atau Jingah.

Sementara Dalam peta Hindia Belanda, tahun 1916, nama sungai Jingah ditulis dengan Soengai Djinga. Pada wilayah sekitar kampung Sungai Jingah terdapat kampung bernama Kampung Djuragan Koesin.

“Penduduk setempat, Syarkawi, mengakui memang pada lokasi yang berdekatan dengan simpang tiga Sungai Jingah terdapat sungai kecil. Masyarakat setempat mengenalnya dengan nama Sungai Juragan Kusin. Kondisinya saat ini sungai tersebut hampir sekarat dan akan menjadi sungai mati karena kondisinya surut. Kemudian pada bagian tepi, bahkan sampai ke tengah sungai banyak dijadikan perumahan penduduk,” jelasnya.

Untuk diketahui, pada zaman Hindia Belanda, Banjarmasin menjadi pelabuhan masuk dan keluar bagi seluruh wilayah Hinterland di Daerah Aliran Sungai Barito dan merupakan pelabuhan transit untuk kapal-kapal yang datang dari Singapura dan Jawa, ke pantai timur Kalimantan.

Baca Juga : Catatan Sejarah Panjang Jembatan Dewi (Coen) Menurut Sejarawan ULM

Dari Kalimantan, dikirim keluar barang-barang hasil hutan seperti rotan, damar, kapur barus, karet, jelutung, tikar purun, telur itik, buah-buahan, barang anyaman rotan, batu-batuan dan berlian.

Sedangkan barang yang masuk terdiri dari beras, ikan asin, barang, barang pecah belah, minyak tanah, garam, besi dan sebagainya.

“Industri orang Eropa pada waktu itu terdiri dari pabrik es, galangan kapal yang kecil milik Borneo Industri Mij dan perdagangan yang dikelola oleh Borneo Soematra Handel Mij, Heinneman dan Co, dan Kantor Cabang dari Javasche Bank en Factorij. Pada masa itu, banjarmasin mempunyai pelayaran yang teratur dan langsung dengan Sampit, Kotabaru, Samarinda, Martapura, Marabahan, negara, Amuntai, Buntok, Muara Teweh dan Kuala Kapuas dan di luar wilayah Kalimantan dengan Surabaya dan Singapura,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi