Septy Waswas Belajar di Rumah yang Hampir Ambruk

Septy Arianti (11) anak bungsu Sarinah (51) belajar di sudut rumah yang hampir ambruk. (foto:rizqon/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Kondisi rumah Sarinah (51) di Komplek Bulan Mas RT 34 Keluruhan Pekapuran Raya, Kecamtan Banjarmasin Timur sangat memprihatinkan.

Selain tidak layak, kediamannya itu juga hampir ambruk. Walau demikian, tak menyurutkan semangat belajar Septy Arianty. Bagi anak bungsu Sarinah, keterbatasan bukan alasan untuk bermalas-malasan.

Gadis berusia 13 tahun ini mengenyam pendidikan di bangku kelas 7 SMP Negeri 23 Banjarmasin. Dia mengaku sudah terbiasa dengan nasib kurang beruntung yang melanda keluarganya. Meski, rumah yang dia tempati bersama sang Ibu dan dua orang kakak, jauh dari istilah layak huni.

Ketika dijumpai klikkalsel.com, Jum’at (18/1/2019) sore, Septy panggilan akrabnya terlihat fokus mengulang pelajaran serta mengerjakan PR sekolah di sudut rumah dengan pencahayaan lampu tak begitu terang. Padahal saat itu, hujan deras tengah berlangsung, tampak Septy melawan rasa waswas akan kondisi rumah yang hampir ambruk.

Septi tak menampik dengan kondisinya rumahnya yang begitu sangat kurang nyaman. Apalagi hujan deras menerpa rumahnya bocor dan kerap dimasuki air.

Pun demikian, ia tetap tak terganggu untuk melakukan aktivitas sehari-hari di rumah seperti belajar, sholat, dan mengaji.

Di sisi lain, keharuan Sarinah seolah terbayarkan dengan sikap anak-anaknya yang mengerti keadaan keluarga. Sarinah harus berjuang keras bekerja serabutan, agar kebutuhan makan sehari-hari untuk anak-anak dapat terpenuhi.

“Alhamdulillah, ada aja supaya anak jangan kelaparan. Kadang ada anak mengeluh makanan, ‘makan ini ajakah? jadi mama ini ibarat laki-laki, bisa mama iya abah, jadi apa adanya aja kita,’. Alhamdulillah mengerti aja, jadi kuat bacari (bekerja) supaya anak tidak kelaparan,” katanya.

Tetangga Sarinah tepat berseberangan rumah, Iman merasa sangat prihatin dan berharap ada bantuan. Iman menilai Sarinah adalah sosok wanita yang tegar, tak banyak mengeluh sebagai tulang punggung keluarga.

“Memang prihatinkan, soalnya laki sidin (dia) sudah tidak ada. Ya, kalau bisa membantu sidin apa yang diperlukan” tandasnya.(rizqon)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan