Sebelum Yudisium, Mahasiwa Uniska Gelar Khataman Al Quran

Mahasiswa FKIP Uniska Banjarmasin saat menggelar khataman Al Quran sebelum Yudisium. (azka/klikkalsel)

 

Mahasiswa FKIP Uniska Banjarmasin saat menggelar khataman Al Quran sebelum Yudisium. (azka/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjary menggelar kegiatan baru pra Yudisium, yakni Betamat (khataman) Al Quran.

Dekan FKIP Uniska Banjarmasin Mohan Taufiq Mashuri mengatakan, kegiatan ini untuk evaluasi diri sekaligus menanamkan karakter Islam. Mengingat Uniska menyandang nama ulama besar.

“Kegiatan tersebut setidaknya dapat memberi ketentraman diri,” ujarnya, di sela-sela pelaksanaan Yudisium FKIP Uniska Banjarmasin di Eva Hotel, Kamis (29/3/2018) lalu.

Ia mengusulkan, kegiatan yang baru pertama dilakukan FKIP Uniska ini akan jadi agenda dimana mahasiwa melaksanakan khatam Al Quran sebelum yudisium.

“Ini akan menjadi kegiatan peserta sebelum melaksanakan yudisium digelar Betamat Al Qur’an,’’ lanjut Mohan.

Ia berharap, lulusan FKIP tidak hanya serta merta menjadi seorang pengajar tetapi harus mengembangkan potensi diri sesuai bidang keahliannya.

Sementara itu, peserta yudisim Wiewie mengatakan, kegiatan membaca Al Qur’an sebelum yudisium adalah kegiatan yang sangat baik dan positif.

“Saya sangat mendukung sekali dengan diadakan pengajian tersebut, selain menambah keimanan juga menambah pahala,’’katanya.

Ketua Yayasan Uniska Malu, Jika…

Ketua Yayasan yang menaungi Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjary DR Ir H Gusti Irhamni MT ternyata sangat malu.

Apabila mahasiswa lulusan Uniska tidak memiliki daya saing tinggi. “Saya malu lulusan kita jika kalah bersaing dengan fakultas di luar Uniska,’’ katanya, menanggapi pelaksanaan Yudisium masing-masing Fakultas Uniska Banjarmasin

Oleh karena itu, ia menghendaki para dekan Uniska memiliki strategi dalam meningkatkan kemampuan mahasiswanya. Sehingga, setelah lulus mereka memiliki bekal pendamping selain apa yang didapat dalam perkuliahan sesuai bidang.

“Misal, mengembangkan keahlian dan potensi lain mahasiswa, jadi tidak terfokus pada apa yang didapat saat perkuliahan,” ucapnya.

Ia menyadari, saat ini metode perkuliahan hanya difokuskan pada tugas mengajar saja tanpa melihat kemampuan mahasiswanya.

“Padahal kasian mereka yang lulus tanpa ada bekal pendamping keahlian lain. Contohnya Fakultas Fisip, tak ada kegiatan, dan strategi untuk memajukan,” cetusnya. (azka)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan