Karomah Guru Mufti, Buktikan Kepada Kolonial Belanda di Dalam Kelapa Ada Ikan

BANJARMASIN,klikkalsel.com – Banyak makam para ulama yang menyiarkan ajaran Nabi Muhammad SAW. Makam para alim ulama di Kalsel bahkan dikunjungi warga luar Kalimantan.

Seperti di kawasan Kampung Sungai Jingah Kecamatan Banjarmasin Utara, sebuah kubah yang sering didatangi banyak jemaah yang datang dari berbagai daerah.

Yakni kubah Syekh Jamaluddin Al-Banjari atau yang akrab dikenal dengan Tuan Guru Surgi Mufti yang banyak memiliki keistimewaan dalam ilmu agama.

Klikkalsel mendatangi sekaligus berziarah kemakam tersebut dan bertemu dengan cucu beliau bernama Armijiah Binti H Arsyap Jamaluddin.

Diceritakannya, dizamannya pada masa pemerintahan Belanda, beliau orang yang sangat rendah hati, tawadhu, banyak yang belajar agama ke rumah, bahkan tak jarang tamu yang datang diberikan nasihat bermamfaat.

Sehingga banyak yang kagum, tak hanya masyarakat banjar pada umumnnya tetapi pemerintah Belanda juga sangat menghormati Tuan Guru Surgi Mufti. Beliau ditawarkan sebagai Mufti Banjar. Jabatan Mufti jika diibaratkan sama seperti Menteri atau Hakim.

“Meski demikian beliau tak pernah sombong dan terus berdakwah, hingga sangat di cintai warga sampai sekarang meskipun beliau sudah tidak ada,” kata Armijiah kepada klikkalsel, Senin (8/2/2021).

Tak sebatas itu, karomah serta keistimewaan Tuan Guru Surgi Mufti cukup melegenda bagi bagi masyarakat. Seperti setiap ada air disitu terdapat ikan, menempuh perjalanan dengan jukung (Sampan Kecil) yang bocor tapi tak tenggelam meskipun berhari-hari lamannya.

Diceritakan, berawal dari ceramah beliau menyampaikan kepada murid-muridnnya bahwa setiap ada air terdapat ikan. Ceramah tersebut sontak terdengar oleh petinggi belanda pada masa itu dan langsung mendatangi kediaman Tuan Guru Surgi Mufti.

“Secara logika mustahil, namun Allah punya kehendak kepada mahluknnya yang menjadi pilihan. Petinggi Belanda tersebut menunjuk buah kelapa dimana didalam kelapa juga terdapat air. Dan Tuan Guru Surgi Mufti pun mengambil buah kelapa dan membelahnya. Alhasil, terdapat seekor ikan didalamnnya,” ucapnya.

Tak hanya itu karomah Tuan Guru Surgi Mufti lainnya seperti saat beliau menuntut ilmu yang dilakukan menggunakan Kukung yakni saat melakukan perjalanan dari Sungai Jingah menuju Desa Dalam Pagar Martapura Kabupaten Banjar, menaiki jukung bocor.

Tetapi anehnnya meski sudah menempuh jarak yang begitu jauh dan berhari-hari, perahu yang ditumpangi Tuan Guru Surgi Mufti itu tidak tenggelam.

“Perahu beliau justru tenggelam setelah tiba di Desa Dalam Pagar,” cerita Armijiah.

Tuan Guru Surgi Mufti tambahnya lagi tetaplah ulama yang pemurah lagi penyayang terhadap siapa saja. sosok yang sabar dan tekun serta tidak gegabah dalam mengambil keputusan sehingga selalu menjadi tumpuan dan harapan baik bagi segenap keluarga, sanak saudara hingga warga banjar lainnya.

Tuan Guru Surgi Mufti dilahirkan di Desa Dalam Pagar, Martapura pada tahun 1817 M. Putra pasangan Haji Abdul Hamid Kosasih dan Hj Zaleha ini, tumbuh di lingkungan agama yang kuat. Syekh Jamaluddin memiliki empat orang anak yakni, anak pertama Hj Mariam, kedua H Arsyap, ketiga H Taher dan keempat H Berlian.(azka)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan