“Ada kemungkinan Jukung Tambangan yang diproduksi di Dusun Hulu dijual atau dipertukarkan barter ke Banjarmasin,” duganya.
Lalu bagaimana proses pembuatan Jukung Tambangan? :
Pembuatan Jukung Tambangan memerlukan keahlian khusus. Pasalnya Jukung Tambangan sengaja tidak menggunakan paku besi, tetapi dari pasak kayu Ulin. Penyusunan papan-papan untuk dinding jukung dengan cara susun rata.
“Disini letak seninya, apalagi sudah mengenal penggunaan bor, pahat dan gergaji kayu dari besi. Pasak kayu Ulin lebih tahan lama dibanding dari besi. Keahlian membuat jukung ini hanya bisa dibuat oleh ahlinya orang Banjar, bukan dari orang Dayak,” tuturnya.
Sebelumnya Jukung Tambangan awalnya diperkirakan banyak digunakan oleh golongan bangsawan. Namun ketika kerajaan Banjar dihapuskan pada 11 Juli 1860 silam. Terjadi pergeseran sosial.
“Banyak bangsawan jatuh miskin, dan kedudukannya digantikan para saudagar atau orang-orang kaya,” ucapnya.
Bahkan, kata dia, pada masa perang Banjar (1859-1905) Jukung Tambangan pernah digunakan oleh para pejuang Banjar. Sejarah itu dituliskan Saleh (1985), Ideham dkk (2003) serta Antemas (2004).
“Antara lain ketika menyerang Belanda di Margasari pada 16 Desember 1861 malam, kemudian melarikan diri ke Sungai Jaya anak Sungai Nagara di kawasan Nagara. Jukung Pandan Liris atau Jukung Bagiwas misalnya pernah digunakan oleh Tumenggung Jalil dalam pemberontakan Benua Lima melawan penjajah Belanda, 1859-1881,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Mansyur Jukung Tambangan, diduga muncul sesudah Jukung Pandan Liris atau Jukung Bagiwas. Sehingga tipe jukung ini menjadi prototipe Jukung Tambangan.
Berikut macam-macam jukung lainnya yang sudah punah di antaranya Jukung Talangkasan (prototipe Jukung Patai), Jukung Bagiwas, Jukung Tambangan, Jukung Babanciran, Jukung Pangkuh, Jukung Parahan, Jukung Gundul, Jukung Undaan, Jukung Kuin, Jukung Pangkuh, Jukung Tamban, dan Jukung Buntal (jukung sudur kecil, lebar dan terbuat dari kayu Jingah) .
“Kemudian Jukung Talangkasan yang sudah ada pada abad ke-16, jukung-jukung yang sudah punah tersebut, muncul menjelang tengah atau akhir abad ke-19 Masehi, bahkan mungkin jauh sebelumnya,” pungkasnya. (airlangga)
Editor: Abadi