Mengenal Abah Anang Djazouly, Mufti Kesultanan Banjar Yang Berjiwa Seni serta Humoris

Makam Abah Anang Djazouly Fadil Bin KH. Muhammad Seman Al Banjari di Komplek Pangeran Antasari (Kompas) Martapura, samping Polres Banjar. (Mada Al Madani)

MARTAPURA, klikkalsel.com – KH. Muhammad Djazouly Fadil Bin KH. Muhammad Seman Al Banjari merupakan salah seorang Mufti kerajaan banjar, yang memiliki sifat humoris dan berjiwa seni

Ulama katismatik yang akrab disapa Abah Anang Djazouly ini paman dari Guru Sekumpul (bukan paman langsung). Serta ulama yang didatangi berbagai banyak didatangi masyarakat untuk mendengar wejangannya, atau bertanya ilmu agama.

Noor Camelia (58) anak ketiga dari enam bersaudara Abah Anang, mengatakan, semasa hidup, ayahnya senang sekali bercanda dan berbincang dengan setiap orang. Bahkan selalu menerima tamu, baik dari kalangan bawah hingga presiden.

“Tidak ada batas, bahkan dari orang biasa hingga calon presiden beliau terima sama,” ucapnya kepada klikkalsel.com saat ditemui di kediamannya, Selasa (06/02/2024) siang.

Camelia mengatakan, sebelumnya sang ayah tidak mau menemui orang yang datang kepada beliau. Bahkan sampai bersembuyi untuk menghindar.

“Pada tahun 1960an kayaknya, saat ayah pindah ke Martapura dari Ampel Surabaya, ayah sempat tidak menerima tamu. Beliau bilang tidak bisa apa-apa saya,” Camelia mencoba mengingat ucapan ayahnya.

Namun, ketika Abah Anang bersilaturahmi kepada Habib Soleh Tanggul, Jember, Jawa Timur, akhirnya merubah pandangan beliau.

“Saat silaturahmi itu, ketika rombongan ingin pulang, ayah ditahan oleh habib. Itu jangan pulang dulu,” ucapnya sambil menunjuk.

Ulama kelahiran Desa Dalam Pagar, Martapura Timur, Kabupaten Banjar ini langsung dibawa masuk, serta dijamu oleh Habib Soleh.

Saat dijamu tersebut, Habib Soleh mengingatkan Abah Anang jika tidak boleh menolak tamu.

“Haram hukumnya, jika punya ilmu tapi tidak mau mengajarkannya kepada orang,” tuturnya.

Baca Juga Guru Danau Berpulang, Selamat Jalan Sang Teladan

Baca Juga Guru Danau Wafat, Paman Birin: Kalsel Kehilangan Sosok Ulama Kharismatik

Hingga saat itu, Abah Anang membuka diri untuk tamu yang ingin datang, baik hanya sekadar bertamu, atau bertanya tentang ilmu agama.

Camelia menceritakan, dari sekian banyak amanah KH. Muhammad Djazouly Fadil, salah satunya adalah jangan pernah bersedih saat mengalami musibah.

“Jadi harus bisa mengelola apa yang diberi Tuhan, jangan sampai sedih memprotes Tuhan. Itu pesan ayah,” bebernya.

Selain itu, Abah Anang juga selalu menyelipkan makna yang mendalam disetiap candaan bersama dengan keluarga. “Setiap beliau bercanda, pasti ada terselip makna yang sayang sekali kalo dilewatkan,” ucapnya.

Namun, ulama kelahiran 8 Desember 1936 ini tidak mau membuka majelis untuk umum, hanya dikalangan anak dan keluarganya saja.

“Karena orang banyak tamu yang datang,” jelasnya.

KH. Anang yang mengarungi masa kecilnya di Ibu Kota Jakarta untuk menuntut ilmu, kemudian saat beranjak dewasa beliau hijrah ke Surabaya, Jawa Timur.

Guru-guru spiritual beliau adalah Habib Neon atau Habib Muhammad Alaydrus, Surabaya. Habib Abu Bakar Geresik dan masih banyak lagi.

Selain itu, guru beliau menuntut ilmu agama baik di rumah atau di sekolah, di anataranya adalah Habib Salim Bin Agil dan Ustadz Umar Baradja, hingga banyak lagi.

Semasa hidup, Abah Anang merupakan seorang yang suka dengan kesenian lukisan hingga puisi berbahasa Arab.

“Ayah ini suka menulis puisi bahasa Arab. Juga melukis pemandangan,” ungkapnya.

Pada 14 Oktober 2011 ulama “pasak Martapura” ini berpulang menghadap Allah SWT, ribuan orang mengantarkan jenazah almarhum ke liang lahat.

Makam KH. Muhammad Djazouly Fadil Bin KH. Muhammad Seman Al Banjari berada di dekat rumah beliau yang berada di Komplek Pangeran Antasari (Kompas) Martapura, samping Polres Banjar.

“Sebelum beliau berpulang, beliau sempat berwasiat, namun hanya untuk pihak keluarga saja,” pungkasnya. (Mada Al Madani)

Editor: Abadi