Sejarah Syekh Muhammad Afif Mendapat Gelar Datu Landak

Muhammad Ilmi menunjukkan foto Syekh Muhammad Afif yang merupakan datuknya saat ditemui klikkalsel.com di rumahnya. (Mada Al Madani)

MARTAPURA, klikkalsel.com – Banyak yang belum mengetahui mengapa Syekh Muhammad Afif mendapatkan gelar Datu Landak.

Sosok Syekh Muhammad Afif merupakan salah satu keturunan Datu Kelampayan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan juga buyut Pangeran Diponegoro.

Nasab Datu Landak dari sisi ayah, adalah Syeikh Muhammad Afif bin Anang Mahmud bin Jamaluddin bin Kyai Dipasunda bin Pardi (Pangeran Dipanegoro).

Sedangkan dari sisi ibu Syekh Muhammad Afif adalah putra dari Sari binti Khalifah Zainuddin Bin Datuk Kalampayan atau Syek Muhammad Arsyad Albanjari dari pasangan Tuan Guwat atau yang akraf disapa Go Hwat Nio, putri dari Kapten Kodok.

Baca Juga Sejarah Kode Plat Kendaraan DA di Kalsel: Apakah Singkatan?

Baca Juga Golkar Inginkan Sejarah Baru dengan Meraih 10 Kursi di DPRD Banjarmasin

Dijelaskan oleh Buyut Datu Landak, Muhammad Ilmi Karim (75) Bin Abdul Karim saat didatangi klikkalsel.com di rumahnya yang berada di Desa Dalam Pagar, jika gelar Datu Landak tersebut didapat langsung dari sang ayah beliau yang bernama Anang Mahmud.

“Datu Landak Ini dikasih amalan oleh ayah beliau untuk membaca Dzikir, tapi saya tidak mengetahui berapa banyak. Namun amalan tersebut dibaca setiap selesai salat,” ucapnya.

Amalan tersebut, ujar lelaki yang akrab disapa Om Ini ini, diamalkan oleh Syekh Muhammad Afif setiap selesai salat Subuh dan Magrib.

Setiap beliau mengerjakan amalan yang disarankan oleh sang ayah, Datu Landak seakan tidak sadarkan diri, dan asyik tenggelam di alam Malaqut.

“Beliau ketika membaca Dzikir seperti tidak sadar akan sesuatu yang ada disekitarnya,” ucap lelaki yang keseharian menjaga makam sang Datu.

Sampai ketika masa, pada saat pagi hari, Syekh Muhammad Afif asyik berdzikir hingga dilihat sang ayah.

Dalam ceritanya Om Ini mengatakan, saat itu ayahnya melihat badan datu landak disetiap pori-porinya mengeluarkan cahaya serta rambut disekujur tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala semuanya menembus pakaian yang dikenakannya.

“Saat itu, ketika beliau asyik berdzikir dan ayah beliau melihat keadaan itu, dari sana beliau (sang ayah) menyebut datu ini seperti landak,” ceritanya.

Dari saat itu, Syekh Muhammad Afif mendapatkan gelar Datu Landak hingga dikenal saat ini.

Datu landak wafat pada usia 90 tahun tepatnya pada 1916 M, dan dimakamkan di desa Kelampayan. Tak jauh dengan makam datuknya, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Setiap hari makam ulama ini selalu ramai dikunjungi peziarah yang datang ke Kubah Datu Kelampaya. (Mada Al Madani)

Editor: Abadi