Diuntungkan Posisi, Petahana Belum Tentu Menang

Pengamat politik asal Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Andi Tenri Sompa.(foto : dok/klikkalsel

BANJARMASIN, klikkalsel.com– Pelaksanaan Pilkada serentak yang tersebar di 2 kota, 5 kabupaten dan pertarungan pemilihan Gubernur Kalsel tahun 2020 mendatang mulai menaikkan tensi politik.

Menariknya, disemua daerah pemilihan yang akan menggelar Pilkada memiliki calon petahana yang masih ingin menguasai tampuk kursi kekuasaan daerah masing-masing.

Calon petahana sendiri digadang-gadang masih menjadi nominator terkuat untuk mempertahankan posisinya atau merebut kursi yang ditinggalkan oleh walikota maupun bupati.

Baca juga : PDI Perjuangan Ajukan Berkas Balon ke Pusat, Aditya-Irwansyah Dapat Lampu Hijau

Pendapat khalayak tersebut turut diamini oleh Dr Andi Tenri Sompa, Pengamat Politik yang juga merupakan Ketua Prodi Program Magister Administrasi Pembangunan di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

“Incumben atau petahana secara tidak langsung, mau tidak mau tentu diuntungkan dengan posisinya saat ini,” ujar Andi Tenri kepada klikkalsel.com.

Keuntungan yang dimaksudnya ialah posisi kepala atau wakil kepala daerah yang dilimiliki petahana saat ini membuatnya lebih mudah menarik perhatian masyarakat melalui program-program pemerintah yang dijalankannya.

Bahkan ujarnya, muncul anggapan disebagian kalangan bahwa diakhir masa jabatan seorang kepala daerah akan terjadi penggelontoran dana besar-besaran untuk sebuah program pembangunan.

Sehingga, kadang muncul kesan bahwa ini adalah bagian dari pencitraan oleh sang petahana agar ia terpilih kembali.

“Mau tak mau, memang itu adalah sebuah keuntungan bagi seorang petahana. Terlepas dari pencalonannya, sebenarnya ia sebagai kepala daerah memang harus menyelesaikan program kerjanya hingga akhir masa periode,” imbuhnya.

Ditambahkan Andi Tenri, keuntungan tersebut kian apik jika sang petahana memang memiliki rapot biru di mata masyarakat.

Dengan balutan strategi yang “tokcer”, langkah seorang petahana untuk kembali melenggang menjadi penguasa akan semakin mulus.

Meski demikian ujarnya, sejarah pernah mencatat bahwa di Kalsel seorang petahana pernah “di take over” oleh penantangnya.

Sebut saja ujarnya, Pilkada tahun 2010 dimana calon petahana , H Yudi Wahyuni dikalahkan oleh H Muhidin dalam pertarungan pemilihan Walikota Banjarmasin.

Selain itu Kota Banjarbaru yang dimenangkan pasangan penantang, Nadjmi Adhani dan Darmawan Jaya Setiawan yang maju melalui jalur perseorangan (independen).

“Petahana bisa saja kalah jika dia memiliki jejak yang kurang baik di mata masyarakat, hal tersebut kadang diperparah dengan lemahnya strategi yang diterapkan oleh tim pemenangan calon petahana tersebut,” terangnya.

Dilanjutkannya, kandang isu-isu miring petahana tersebut digoreng oleh si penantang sehingga menimbulkan pandangan negatif yang dapat menggerogoti perolehan suara pasangan petahana.

Ia menyimpulkan, bahwa seorang petahana memiliki faktor keuntungan dalam setiap Pilkada yang membuatnya bisa saja dengan mudah melenggang kembali. Namun hal tersebut kembali kepada track record sang petahana di mata masyarakat.

“Jika memang buruk dan lemah dalam berstrategi. Maka ia bisa saja ditumbangkan lawannya,” pungkas Andi Tenri.

Baca juga : Dikabarkan “Melamar” ke PDIP, Haris Makkie Hemat Bicara

Berdasarkan peta politik Pilkada 2020, daerah yang akan menggelar pesta demokrasi pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Kalsel, pemilihan Walikota-Wakil Walikota Banjarmasin.

Pertarungan pemilihan Walikota-Wakil Walikota Banjarbaru, pemilihan Bupati-Wakil Bupati Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru.(david)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan