Budaya  

Buku tak Pernah Terganti, dari Suara Hingga Aromanya

JOHAN warga Laksana Intan RT 15, RW 02 Kelurahan Kelayan Selatan, Banjarmasin Selatan ini merelakan tumpukan banyaknya koleksi buku jadul dibteras rumahnya.

Koleksi buku jadulnya bahkan memenuhi bagian bagasi hingga bagian tengah rumahnya. Tidak hanya mengoleksi buku, Johon juga berprofesi menjual atau membeli buku jadul.

Ditempatnnya banyak terdapat buku-buku yang sudah tidak ada lagi di pasaran, baik klKomik, Novel, Sastra serta buku pengetahuan yang lainnya.

“Buku bekas tersebut jangan dibilang tak ada peminatnnya, malah banyak yang mencari, dari orang biasa hingga mahasiswa bahkan peneliti,” katannya saat disambangi klikkalsel dikediamannya, Kamis (22/10/2020).

Saat ditannya apakah tak takut bersaing buku buku jadul yang dimiliki dengan perkembangan digitalisasi yang kian modern, browsing lebih cepat dengan sebuah smartphone dan ditunjang dengan digitalisasi atau e-book pencarian lebih mudah.

“Tak ada yang bisa menggantikan sebuah buku meski beberapa tahun terlampaui, buku lebih kuat. Terkadang bau aroma kertas serta suara kecil saat membalik halaman demi halaman menjadi khas tersendiri,” ucap pria yang senang membaca buku sejak kecil hingga mengoleksinya.

Baca Juga : Komisi III DPRD Banjarmasin Soroti Proyek Pembangunan Diduga Tidak Miliki IMB

Hampir sertiap harinnya pengunjung dan pembeli mampir ke tokonya tersebut. Kebanyakan buku sastra yang dicari serta buku-buku komik. Baginya harga tak menjadi patokan yang berarti.

“Saya sangat senang jika dari toko kecil saya ini mereka atau pengunjung yang datang dengan niat membacannya,” kata Johan.

Dalam mendapakan buku-buku jadul tersebut ia dapat dari anak-anak kost yang menjual, para tetangga yang pindah rumah terkdang ada beberapa orang yang langsung memberikan buku-buku lama kepadannya dan itu ia kumpulkan.

Bahkan ia pernah menyimpan koleksi buku yang cukup lama, kemudian Johan mengambil sebuah kamus bahasa Indonesia terbitan tahun 1952 .

“Sebelummnya memiliki sastra terjemahan yang diterbitkan tahun 1949, namun sudah dibeli orang tinggal kamus bahasa Indonesia Ini saja,” ucapnnya sambil memperlihatkan buku tersebut.

Untuk perawatan Johan hanya sesakali terlihat membersikan tumpukan-tumpukan buku tersebut.(azka)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan