Budaya  

Pameran Lukisan Ekspresionisme Tema Suku Dayak Bisa Jadi Alternatif Menunggu Beduk Berbuka Puasa

Suasana antusias pengunjung pameran lukisan yang digelar ARTto.id di Taman Budaya Kalsel, Banjarmasin.

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Kawula muda seniman rupa yang tergabung dalam ARTto.id menggelar pameran lukisan di Galeri Sanggar Sholihin Taman Budaya, Banjarmasin, selama 24 hari dari 14 Maret sampai 7 April 2024. Pameran lukisan ini menampilkan 15 karya seni rupa aliran ekspresionisme, yang bisa dijadikan alternatif kegiatan ngabuburit menunggu beduk berbuka puasa.

Meski galerinya tidak luas, namun cukup memamerkan 15 lukisan aliran ekspresionisme karya dua tokoh seni rupa ternama yaitu Badri Hurmansyah dan Umar Sidik. Pameran ini menampilkan karya seni yang mampu menggugah jiwa, ketika pengunjung melihat secara langsung lukisan yang dibuat di atas kanvas.

Pimpinan Produksi ARTto.id Alif Nur Siddiq mengatakan, pemeran lukisan mengangkat konsep realis, yana mana rata-rata mengandung unsur Suku Dayak. Lukisan yang dipamerkan menggambarkan emosi dan peristiwa yang pernah dirasakan pembuatnya.

“Ada 15 lukisan, yang mana karya prioritas yang ditampilkan dari Umar Sidik, perupa asal Sampit, Kalimantan Tengah. Beliau rata-rata menggambarkan tentang budaya Suku Dayak,” ucapnya usai pembukaan pameran, Kamis (14/3/2024) malam.

Baca Juga : Menggugah Jiwa, Kawula Muda Seniman Rupa Gelar Pameran Lukisan Aliran Ekspresionisme dan Abstraksionisme

Baca Juga : Bagarakan Sahur, Jadi Kearifan Lokal Anak-anak dan Remaja Banjarmasin di Bulan Ramadan

Di antara sejumlah lukisan yang dipamerkan, ada satu karya pameran utama yaitu sosok wanita tua bangsawan Suku Dayak bertelinga panjang dengan perhiasan anting-anting menjuntai. Lalu ada juga lukisan menggambarkan ketimpangan sosial di tengah kerusakan lingkungan.

Kemudian tak kalah menarik, lukisan karya seniman rupa asal Kalsel, Badri Hurmansyah juga mencuri perhatian. Salah satunya, lukisan potret wajah anak kecil dengan ekspresi sedih dan mata kanan tertutup tangan berjudul ‘Keadaan’. Lukisannya itu tersirat pesan setiap kehidupan manusia adalah wadah peristiwa, siapapun punya hak terhadap rangakaian takdir dari peristiwa.

Alif mengatakan, pameran lukisan ini berlangsung 24 hari terbuka untuk umum. Selain pameran lukisan, juga digelar teaterikal sebagai wadah tumbuh kembang seni di Kalsel.

“Kita mengangkat tema ART Ramadan pada pameran lukisan kali ini, dan bisa menjadi alternatif menunggu beduk berbuka puasa. Kita berharap industri kreatif di Kalimantan Selatan, tidak hanya kita saja yang mengadakan. Industri kreatif itu bukan persaingan antar kelompok, tetapi bagaimana kita menguatkan kolaborasi,” pungkasnya. (rizqon)

Editor: Abadi