Berawal Hanya Membantu, Owner Pisang Kipas Bati-bati Kini Bisa Keruk Omzet Hingga Rp 10 Juta Perhari

PELAIHARI, klikkalsel.com – Sebagian masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) yang pernah melintas Jalan A Yani di Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah Laut pasti tidak asing lagi dengan Pisang Goreng Kipas Bati-bati.

Rasanya yang krispi dari Pisang Goreng Kipas Bati-Bati menjadi pembeda dibandingkan pisang goreng lainnya.

Kios Pisang Goreng Kipas Bati-bati ini terletak di tepian Jalan A Yani Kecamatan Bati-bati (tidak jauh dari bundaran simpang 3 Bati Bati) hampir setiap hari disesaki oleh pembeli.

Diantaranya, Antung (30) warga Banjarmasin mengatakan, rasanya kurang afdol kalau melintasi di kawasan Kecamatan Bati-Bati jika tidak membeli pisang kipas yang namanya sudah tersohor ini.

Baca juga: Akibat Proyek Jalan, Warga Bati Bati Harus Akrab Dengan Debu

Baca juga: Dor! Begal di Bati-Bati Menjerit Saat Dibekuk

“Saya tadi dari Pelaihari mau pulang ke Banjarmasin, kurang afdol kalau tidak membeli Pisang Goreng Kipas Bati-bati,” ujarnya kemarin sore, Rabu (27/10/2021).

Menurutnya, karena rasanya yang renyah dan manis sehingga pas di lidah selalu membuat ketagihan. Jajanan ini akhirnya menjadi hal yang rutin untuk dibeli sebagai teman di perjalanan.

Usaha Pisang Goreng Kipas Bati-bati tersebut milik H Fahmi dan Hj Wardah yang berdiri sejak tahun 2010. Bisnis yang digeluti keduanya tersebut bisa dibilang sukses. Pasalnya semua bermula dari warung kecil berbahan kayu. Namun kini berubah menjadi toko berbahan beton.

Ditemui klikkalsel.com, Hj Wardah menceritakan Pisang Goreng Kipas Bati-bati berawal saat dirinya ikut membantu penjual gorengan di kawasan tersebut.

“Saya awalnya hanya pedagang rombong dan penjual bensi eceran, dan waktu itu saya sering membantu di warung Pisang Goreng Kipas Ibu Nana,” ujarnya.

Sewaktu membantu ia mengaku hanya diupah dengan beberapa gorengan dan minuman saja oleh pemiliknya.

Namun, beberapa tahun berjualan. Sang pemilik memilih untuk pulang ke Pontianak dan usaha tersebut diteruskan oleh karyawannya yang bernama Nana.

Akan tetapi, setelah berjalan beberapa tahun dan karena ada permasalahan ekonomi serta status kepemilikan tanah di tempatnya berjualan. Nana kemudian meminta Hj Wardah untuk membelinya.

“Saya diminta untuk membeli tanah ini, dengan beberapa perjanjian, kemudian saya membelinya dan memulai usaha (merintis) Pisang Goreng Bati-bati dibantu rekan-rekan dari jawa bekas karyawan Nana,” ujarnya.

Berawal dengan rombong kecil bermeja dua yang setiap hari hanya menyediakan dua sisir pisang, usaha gorengan tersebut terus dilanjutkan hingga sampai saat ini.

“Waktu merintis itu pun sambil membangun meja dan Alhamdulillah sekarang kian membesar,” tuturnya.

Sekarang, kata Hj Wardah pihaknya mampu menjual puluhan sisir Pisang Manurun yang diolah menjadi pisang goreng kipas dalam sehari.

Diketahui, di warung tersebut tidak hanya menjual pisang goreng saja, tapi juga berbagai macam gorengan seperti tahu, tempe, bakwan, gumpal, martabak mini dan risoles yang di bandrol Rp 2 ribu perbijinya.

Dari berjualan itu, Hj Wardah mengaku omzet yang ia dapat dalam sehari bisa lebih dari Rp 10 juta.

“Alhamdulilah dari omzet itu saya dapat mengupah 9 orang karyawan,” pungkasnya.(airlangga)

Editor: Abadi