Akhlak Islam Adalah Malu, Begini Dalilnya

SIFAT malu (Al haya) ternyata bagian dari iman, sehingga orang yang sudah tidak punya sifat malu, maka keimanan seseorang akan turut menghilang. Dengan begitu, hilangnya sifat malu menjadikan seseorang mudah terjerumus perbuatan dosa, dan suka kemaksiatan.

Al haya menjadi pembahasan pada tausiah yang disampaikan Ustad Mas Udi, usai sholat shubuh berjamaah dihadiri delapan shap jamaah laki-laki dan tiga shap jamaah perempuan di Mesjid Arrahman, Kampung Melayu, Banjarmasin Tengah.

Diantaranya ada beberapa hadist yang mengingatkan kepada umat untuk selalu memiliki rasa malu, dan sejatinya sifat malu hanya karena Allah Ta’ala.  “Al haya adalah bagian iman yang utama,” Hasan Ibnu Atiah dari Abi Umammah; Rasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda; “Malu dan diam adalah cabang dari iman, sedangkan keji, keras (banyak omong) adalah cabang dari nifaq.

“Hadist ibnu mas’ud ra, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam bersabda; “Malulah kalian terhadap Allah, sebenar benarnya Malu? kemudian Sahabat bertanya, Bagaimana cara kita malu terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sebenar benarnya? Rasulullah menjawab;

“Barang siapa yang memelihara kepala, dan apa yang ada dalam perut dan isinya, serta meninggalkan hiasan kehidupan dunia, mengingat mati dan kesusahan, maka dia malu kepada Allah yang sebenar benarnya. Sesungguhnya setiap agama memiliki aturan akhlak, dan akhlak dalam Islam adalah malu.” (HR Malik dan Ibnu Majah)

“Malu dan Iman merupakan dua hal yang tidak bisa di pisahkan, jika yang satu tiada, maka yang lain pun tiada pula.” (HR Hakim) .

“Malu termasuk bagian dari Iman, dan iman itu di dalam surga, sedang sifat mencela itu merupakan kebengisan, Dan itu dalam Neraka.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Ukuran moral Islam terletak pada sifat malu, sejauh mana seseorang itu punya perasaan malu, sampai disitulah batas dari kesempurnaan iman seseorang.

Karena sifat malu adalah suatu tindakan batin. Ia bersemayam dalam qalbu dan akan memancarkan cahaya indah dalam setiap gerak langkah.

Malu adalah sejenis perasaan, yang karenanya secara hakiki tidak bisa dibuat dusta. Seseorang yang mempunyai sifat malu akan membuahkan sifat terpuji, karena ia akan bertaubat dan menyesal apabila dirinya melakukan kesalahan.

Jika ia mendapat kebaikan ia merasakan sebagai taufik dari Allah, ia menjadi orang yang rendah hati, karena ia merasa apa yang dilakukan senantiasa diketahui oleh Allah. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda; “Malu itu tidak datang (membuahkan hasil), melainkan membawa dan membuahkan kebaikan.” (*)

 

Oleh : H Sukhrowardi (Pengarah Gerakan Indonesia Sholat Subuh Berjamaah Banjarmasin)

Tinggalkan Balasan