Wanita Rentan Terpapar Faham Radikal, Ini Penyebabnya

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Tindakan terorisme dan radikalisme yang melibatkan perempuan semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Data dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menunjukkan pada 2018 tercatat 13 orang perempuan terlibat dalam aksi teror sedangkan pada 2019 bertambah menjadi 15 orang termasuk kasus peledakan diri yang dilakukan istri Abu Hamzah di Sibolga, Sumatera Utara pada Maret 2019.

Dihubungi klikkalsel.com, Ketua Bidang Perempuan dan Anak Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalsel, Mariatul Asiah mencoba menjelaskan alasan utama kenapa perempuan belakangan banyak direkrut dalam dunia terorisme.

“Karena perempuan itu lebih tidak dicurigai jika ingin menjalankan aksi terorisme. Selain itu, perempuan yang telah direkrut juga kadang memiliki tugas merekrut perempuan lain. Karena secara psikologis perempuan akan lebih mudah merekrut wanita lain,” ujarnya, Minggu (13/12/2020).

Lebih lanjut ia mengungkapkan ada beberapa hal yang dapat menyebabkan perempuan terpapar faham radikal.

Yang pertama dan paling dominan menurutnya ialah pemahaman agama yang rendah. Karena wanita itu ujar Mariatul akan mudah percaya tentang sesuatu yang berbalut dengan agama.

“Untuk itu dibutuhkan peran serta tokoh agama untuk memberikan materi terkait tentang pemahaman jihad yang benar dan memberikan pesan damai dalam setiap majelis pengajian,” ujarnya.

Yang kedua ujarnya adalah trauma rumah tangga akibat konflik dengan anggota keluarga. Hal itu kadang diperparah dengan tekanan ekonomi yang melanda.

Karena dalam beberapa kasus imbuhnya, didapati tekanan faktor ekonomi dan munculnya perasaan tidak adil yang diterima oleh pelaku mendasari masuknya faham radikalisme ke dalam fikirannya.

“Orang yang tertekan ekonomi dan merasa terabaikan cenderung mudah dicuci otak. Untuk itu perlu kehadiran pemerintah guna memperhatikan kesejahteraan rakyat dalam berbagai bidang kehidupan,” imbuhnya.

Berikutnya ujar Mariatul kurangnya literasi bermedia sosial juga turut menjadi faktor yang menyebabkan perempuan terpapar faham radikal yang memicu tindakan terorisme.

Selain karena menurut beberapa data perempuan memiliki lebih banyak waktu untuk bermedia sosial, juga karena sebagian besar cenderung akan melampiaskan stresnya dengan berselancar di media sosial.

Untuk itu ia berharap kepada Kominfo, dalam memerangi aksi terorisme tidak hanya dengan menutup situs-situs yang diduga memuat faham radikal. Namun juga memperbanyak kegiatan literasi bermedia sosial untuk membentengi perempuan dan anak dari ideologi-ideologi berbahaya.

Meski di Kalimantan Selatan sendiri ujarnya keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme masih tidak terlihat. Namun tanpa upaya pencegahan yang dilakukan secara bersama dan simultan, tidak menutup kemungkinan faham berbahaya itu juga akan menyebar pada kaum perempuan di Kalimantan Selatan.

“Kita butuhkan peran dan sinergi dari seluruh lapisan masyarakat, khususnya perempuan dan anak agar memiliki benteng dari faham-faham radikal yang dapat memicu aksi terorisme,” pungkasnya. (David)

Tinggalkan Balasan