HST  

Terkait Penolakan Tambang di Haruyan HST, Akademisi ULM Ingatkan Perubahan Iklim Yang Ekstrim Mendatang

Akbar Rahman ingatkan perubahan iklim yang sangat ekstrim jika tambang akan berjalan. (Foto : Dayat/Klikkalsel.com)

BARABAI, klikkalsel.com – Pembukaan lahan yang dilakukan oleh KUD Karya Nata Haruyan dengan menggunakan alat berat untuk pertambangan di Batu Harang Desa Mangunang Seberang Kecamatan Haruyan, Kabupaten Hulu Sungaj Tengah (HST) mendapatkan penolakan dari Eksekutif, Legislatif, Organisasi dan LSM, serta berbagai lapisan masyarakat Bumi Murakata.

Akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Dr.Eng. Akbar Rahman yang merupakan lulusan Doktor dari Saga University Jepang mengingatkan perubahan iklim yang semakin ekstrim mendatang.

Akbar Rahman yang juga seorang Dosen Fakultas Teknik, serta Peneliti dan Pengamat Lingkungan Hidup ULM mengungkapkan, sebuah alasan mengenai bencana yang terus meningkat di tahun-tahun terakhir ini.

Dalam Penelitian dan Disertasinya terkait dengan perubahan iklim, di tahun-tahun yang akan datang, akan semakin sering menghadapi cuaca ekstrim.

“Ketika cuaca ekstrim itu datang, sementara alam dan lingkungan kita rusak. Maka, siap-siap dampak bencananya akan semakin besar,” bebernya, Kamis (7/10/202) sore di Barabai.

Baca Juga : WALHI Kalsel Desak Polres HST dan Polda Kalsel Tindak Tegas Pertambangan Batu Harang

Baca Juga : Deklarasikan Savemeratus, Raker Gabungan Sepakat Menolak Tambang di Haruyan HST

Lebih lanjut, Sejak tahun 2018 yang lalu, ia sudah memprediksi bahwa akan terjadi banjir besar di Kalimantan Selatan (Kalsel).

“Itu terbukti pada tahun 2021, kita merasakan Banjir yang sangat besar,” tambah Akbar yang juga Co-Founder Zero Waste Kalsel.

Menurutnya, dari data yang dikumpulkan sejak tahun 2010 intensitas banjir di Kalimantan Selatan itu semakin meningkat. Secara kuantitas, jumlah banjir itu juga melebar hampir seluruh Kabupaten di Kalsel.

Akbar menambahkan, dari data yang ia dapatkan di Kalimantan, foto bentang alam Borneo dari tahun 2000-2020, jumlah hutannya berkurang drastis.

“Selama 20 tahun, pulau Kalimantan itu berkurang jumlah hutannya 10 juta hektar. Berkurangnya tersebut didominasi pertambangan dan perkebunan kelapa sawit,” ungkapnya.

Menurutnya, itulah salah satu penyebab kenapa bencana kalimantan itu terus hadir.

Disamping itu, Hulu Sungai Tengah ini merupakan salah satu kabupaten yang tersisa tidak di eksploitasi sumber daya alamnya.

Baca Selengkapnya di Halaman Selanjutnya :