Sempat Booming, Pesona Batu Akik Kini Meredup

Salah satu batu akik Red Borneo asal Martapura Kalimantan Selatan yang sempat viral dikalangan pengoleksi batu akik. (net)

BANJARMASIN, klikkalsel – Sempat booming, kini fenomena batu akik mulai redup. Sejumlah pedagang muapun kios yang dulu ramai, kini sudah tutup.

Para kolektor batu akik Red Borneo, Kecubung Muda, Besi Belang, Biduri Hijau, Pancar dan lain sebagainya yang menawarkan dengan harga yang mencapai puluhan juta, lalu para pedagang hingga pengrajin batu, bahkan ada diantara ada yang mendapat keuntungan jutaan seharinya pada saat itu.

Namun sekarang masa itu telah berlalu pengrajin dan pedagang batu akik, mulai ditinggalkan pembeli bahkan pelanggan.

Di kawasan Jalan Pangeran Samudera tepatnya di Pasar Malabar para pengrajin dan pedagang batu akik hampir tak ada aktivitas yang berarti.

“Sekarang sangat sepi pembeli bahkan yang dulunya hobi batu akik tersebut juga jarang, baik membeli atau mengolah batu tersebut,” kata Ami salah seorang pedagang batu perhiasan, Ahad (9/9/2018).

Ia menceritakan, di 2016 sempat booming dengan batu akik tersebut apalagi batu akik seperti Red Borneo, dan Pancar sempat tinggi harganya.

“Sekarang sangat jauh bedanya, mereka sangat jarang membeli atau menggosok batu. Bisa bertahan untuk hari kehari saja sudah syukur,” keluh Ami
Jika seperti ini terus tak menutup kemungkinan para pedagang batu di kawasan tersebut akan gulung tikar dan tak ada lagi pedagang batu akik, sebab tak ada lagi pelanggan.

Misalnya, pasar batu di Jalan Sulawesi sudah lama tutup. Padahal, saat lagi booming batu, pasar itu selalu padat pengunjung.

“Semoga saja ada perhatian dari pemerintah untuk mempromosikan batu khas Kalimantan,” ujarnya.

Tak jauh berbeda dengan Iwan, penggosok batu, yang juga sepi pelanggan. Upah menggosok batu Rp15 Ribu hingga Rp20 ribu satu biji tergantung ukuran.

“Kadang ada yang menggosok batu kadang juga pulang dengan tangan hampa,” katanya. (azka)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan