Selamatkan Hutan, Dishut Kalsel Menyontek Negara Finlandia

Kadishut Prov. Kalsel Hanif Faisol Nurofiq saat panen perdana Getah Lateks di Kecamatan Bajuin. (foto: istimewa)

BANJARBARU, klikkalsel.com- Indonesia memang kaya akan beraneka ragam sumber daya alam, apalagi kawasan hutan di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) begitu luas. Namun karena belum terkelola dengan cukup baik, membuat masyarakat belum merasakan banyak manfaatnya.

Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Kalsel dalam penanganan hutan di wilayahnya berencana mengadopsi suatu sistem aplikasi kepada negara lain, inovasi sebelumnya pernah dibangun.

Seperti miniatur Hutan tropis, peredaran hasil hutan, menggelorakan revolusi hijau, dan pemadaman gambut dengan kanalisasi. Seluruh inovasi tersebut mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Pusat.

“Kemarin presentasi pada awal bulan Oktober, dari 12 peserta yang mengajukan inovasi sebagai syarat untuk kenaikan luar biasa dari seluruh indonesia yg lulus 5 termasuk kalsel dan mendapatkan predikat terbaik,” ujar Kepala Dishut Kalsel Hanif Faisol Nurofiq.

Tanggal 15 sampai 24 November 2019 perwakilan dari Dishut Kalsel akan kembali ke negara Finlandia selama 10 hari untuk mendalami beberapa poin penting yang harus di datangi untuk mengambil sebuah aplikasi bernama e-Service.

“Khusus eselon III ada tujuh orang (Dishut dan UPT), ditambah 1 orang dari dosen Fakultas Kehutanan ULM yang mengawal kita mendesain hutan di Kalsel juga turut serta,” ucapnya.

Hutan di Kalsel memiliki potensi sangat besar dengan keunggulan komparatif geografis yang luar biasa. Namun menurut Hanif, belum ada desain makro yang sifatnya regional dibangun oleh pemerintah pusat.

Sehingga ini menyulitkan dalam pembangunan dan tidak tahu arahnya kemana. Begitu banyaknya hutan milik masyarakat di Finlandia, jika dibandingkan Indonesia yang hutannya banyak dikelola milik negara disana pembangunan hutan bukan negara. Tetapi mampu mengelola secara koordinatif, semuanya mampu dikelola.

“Kita mengikuti kunjungan bersama Kementrian, kebetulan Finlandia dan Swedia menjadi barometer pembangunan kehutanan internasional dengan luasan hutan yang sangat luas. Hampir 80 persen dari daratannya itu bisa terkelola dengan baik,” terangnya.

Beberapa metode telah di aplikasikan oleh Dishut kalsel, dan model paling penting menurut Kadishut Kalsel saat ini adalah memanajemen hutan.

“Jadi semuanya mengikuti suatu circle yang diatur sedemikian rapi kemudian dengan luasan yang paling kecil pun produksinya bisa bernilai ekonomi. Semuanya berbasis teknologi atau online dengan e-Service,” ujarnya.

Negara Finlandia mampu mengatur sekitar 600.000 hak-hak tanah masyarakat tersusun rapi, dan hal tersebut belum pernah ada di Indonesia. Oleh karena itu Dishut Kalsel akan meniru cara penanganan hutan itu.

Pembangunan hutan dari sektor hilir, Finlandia sangat kuat. Sedangkan Kalsel semakin melemah, dan dari puluhan perusahaan kayu lapis saat ini hanya tersisa beberapa buah perusahan saja.

“Ini yang harus kita bangun kembali, padahal kayu kita juga lebih banyak variannya. Sekarang teknologi terhadap perekatan, kimia, kita belum jagonya sehingga ini menjadi tugas penting pemerintah untuk mengatur hilir, kalau hilirnya jelas pasarnya jelas hutan itu akan terbangun,” tutur Hanif.

Pemerintah tidak mungkin selamanya memodali keselamatan hutan dengan menjadikan rehabilitasi hutan dan lahan sebagai konsentrasi, butuh peran dari semua pihak terutama masyarakat.

“Selama Masyarakat tidak mendapat akses nyata, dalam hal ini ekonomi secara langsung mereka tidak akan memelihara hutan, mereka akan menebang dan mencari yang lebih bermanfaat langsung meskipun dari nilai ekonominya cukup tinggi,” jelasnya.

Ke depan Dishut berencana membuat situs website, dan meminta semua bidangnya memiliki website yang menceritakan tentang potensi, mengendalikan dan membina potensi hutan di wilayah Kalsel.

“Ini yang menjadi penting, kita wajib membangunnya lewat basis online. Hanya itu saja, kalau kita terlambat semakit tertinggal. Semntara keunggulan hutan kita 20 kali lebih cepat dari negara lain, kita harus bangun terus,” tegas Hanif.

Hari ini Dishut Provinsi Kalsel juga menggagas dan sedang membangun Forest City, yaitu suatu kota yang berdimensi hutan. 50 persen dari area kota harus didominasi pepohonan.

“Sedang kita bangun, mengejar semua tanah di lingkungan pemprov kita tanami.
Fungsi ekologinya sedang kita bangun di pusat perkantoran, semua yang meliduksi lingkungan kita liduksi juga, emisi akan teredam. Forest city memang gagasan dari pusat tapi kita lebih dahulu mengimplementasikannya,” pungkasnya.
(nuha)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan