Peringati Hari Jadi Satui ke 355, Warga Satui Kaji Sejarah Kiai Idham Chalid

Nampak jemaah Majelis Laladang Rindu Ngosongo khusyuk menyimak pembacaan manakib KH Idham Chalid.(foto : puja/klikkalsel)

SATUI, klikkalsel– Sejarah Kiai Idham Chalid dikaji masyarakat Satui dalam rangka memperingati hari jadi Satui ke 355. Puluhan jemaah di Majelis Laladang Rindu Ngosongo khusyuk menyimak pembacaan manakib KH Idham Chalid.

Kiai Idham Chalid, merupakan ulama terkemuka dan merupakan seorang pahlawan nasional kelahiran Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Pembacaan sejarah Kiai Idham Chalid dipimpin Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Satui, H Khairun Noor, Minggu (26/8) malam. Dalam sejarahnya, Kiai Idham Chalid lahir pada 27 Agustus 1921 di Satui.

Kiai Idham Chalid adalah anak sulung dari lima bersaudara dari Muhammad Chalid. Pada usia 6 tahun, ia sempat dibawa ke Amuntai, kampung leluhur ayahnya.

Idham Chalid kecil tercatat pernah disekolahkan di Sekolah Rakyat bentukan Belanda sebelum akhirnya mondok di Pesantren Modern Gontor selama lima tahun.

Jika anak seusianya lazimnya menghabiskan waktu tujuh sampai delapan tahun di Gontor, Idham Chalid hanya butuh waktu selama lima tahun.

Sejak 1952, Idham Chalid muda mulai aktif di Pemuda Ansor, organisasi kepemudaan dibawah bendera Nahdatul Ulama. Dua tahun kemudian, ia dipercaya memegang jabatan sebagai Sekretaria Jendral PBNU, dan di usia 34 tahun, ia sudah menjabat sebagai Ketua PBNU. Usianya saat itu tentu relatif muda untuk seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Dalam manakibnya, H Khairun juga menyampaikan beberapa hal terkait Kiai Idham Chalid. Ia mengatakan Kiai Idham adalah sosok cerdas yang mampu menguasai banyak bahasa asing, di antaranya, bahasa Arab, Inggris, Belanda, Jepang dan Jerman.

Satu hal yang agak mengejutkan, ternyata Kiai Idham Chalid juga pernah sekolah di Pagatan, Tanah Bumbu. Namun, tak merincikan lebih dalam di sekolah mana Kiai Idham Chalid menimba ilmu saat di Pagatan.

Menurut tokoh Satui, Bambang Sucipto, pembacaan sejarah singkat Kiai Idham Chalid merupakan salah satu upaya agar masyarakat di Satui mengetahui ada seorang tokoh nasional yang lahir di Satui. Ini juga dalam rangka mempelajari sejarah kota Satui yang sudah berusia 355 tahun.

“Masyarakat Satui harus tahu bahwa ada tokoh besar yang lahir di sini,” ujar Bambang Sucipto.(puja)

Editor : Amrannuddin

Tinggalkan Balasan