Perempuan Cantik ini Tidak Jera Camping Meski Pernah Ketemu Kuntilanak

Ika Jupitasari, Perempuan yang suka camping meski sering mendapatkan pengalaman mistis

“Itu sangat nyata, dia berdiri menggantung di depan saya, tapi saya tidak berani melihat ke atas. Sambil membaca doa-doa saya juga langsung lari,” tuturnya.

Bahkan, kata Ika saat lari itu dirinya sempat terjatuh akibat tersandung akar dari pohon pinus di lokasi tersebut.

“Sempat terpisah karena jarak ke tenda lumayan jauh bahkan sempat lupa jalan menuju tenda. Sesampainya di tenda teman teman yang lain juga kaget melihat Irau yang teriak histeris ketakutan,” ujarnya.

“Mereka lalu mencoba menenangkan Irau karena takut kalau nanti malah kerasukan atau kesurupan,” sambungnya.

Sekejab, akibat peristiwa itu suasana cemping yang awalnya ceria dan hangatnya api unggun berubah menjadi hening, lantaran takut dan tidak berani berbuat macam-macam.

“Artinya kami ini saat itu memang di tegur oleh mahluk disana karen perilaku kami terlalu ribut,” imbuhnya.

Memang sebelumnya, dirinya bersama 9 teman-temanya sempat diperingatkan oleh warga setempat agar kalau camping di lokasi pulau pinus tetap berhati-hati.

“Kalau mau camping harus hati-hati, tetap jaga tempat dan jngan terlalu berisik, kata warga,” ujarnya.

Pengalaman mistis lainya juga pernah ia rasakan saat mendaki pada malam hari dan camping ke Bukit Birah di Kabupaten Tanah Laut.

“Juga pernah saat mengambil foto di Pematan Kanas, Kabupaten Banjar foto saya ada penampakan Kunti,” ungkapnya.

Ika juga turut mengungkapkan, selama camping memang tidak pernah di larang oleh orangtuanya. Namun hanya ada satu daerah yang dilarang.

“Yaitu Gunung Pematon, saya tidak tahu kenapa dilarang, mungkin orangtua saya takut karena cerita rakyat disana sangat angker,” imbuhnya.

Kendati demikian, kejadian mistis-mistis tersebut tidak membuat Ika yang sudah mendaki sejak berusia 17 tahun itu jera.

“Selama camping dan mendaki saya tidak takut dan saya juga tidak mengganggu penghuni dari alam lain. Selama tetap sopan dan menjaga prilaku,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi