Pasar Terapung Kuin Jangan Tinggal Nama

Keberadaan Pasar Terapung Kuin yang kini mulai ditinggalkan baik pengunjung maupun pedagangnya, ( Foto : net)

BANJARMASIN, klikkalsel  – Julukan Banjarmasin sebagai kota ‘seribu sungai’ dengan ikon wisata Pasar Terapung, menjadi salah satu megnet wisata yang dikenal luas.

Keberadaan Pasar Terapung Kuin yang kini mulai ditinggalkan baik pengunjung maupun pedagangnya. (net)

Pasar Terapung di Muara Kuin Kelurahan Alalak, Selatan, Banjarmasin Utara merupakan satu dari tiga pasar yang ada di Kalsel, selain Pasar Terapung Lok Baintan di perairan Sungai Martapura, Kabupaten Banjar. Terbaru Pasar Terapung Siring Tandean Sungai Martapura, Banjarmasin.

Dua pasar itu cukup dikenal luas. Pasar Terapung Kuin adalah pasar tertua, sebab pada masa kerajaan Banjar pasar tersebut sudah ada.

Dua pasar tradisional itu, bisa dijangkau menggunakan akses darat, dengan naik kenderaan bermotor.

Tapi kalau ingin menikmati eksotisme sungai, tentunya harus menggunakan perahu klotok yang dipesan sebelumnya, untuk menuju lokasi tersebut.

Jika ingin berkunjung ketempat tersebut, harus berangkat subuh-subuh, atau sekitar pukul 05.00 WITA .

Sebab jika berangkat agak siang suasana tak bisa dinikmati, karena pedagang yang berjualan diatas perahu jukung sudah bubar, ketika matahari sudah muncul atau kira-kira pukul 08.00 WITA.

Akan tetapi kejayaannya sudah memudar,  karena pengunjung menurun dan diikuti pedagangnya yang makin berkurang.

Ketika wartawan klikkalsel mengunjungi pasar Terapung Kuin Rabu (29/11/2017), terlihat hanya beberapa pedagang yang setia menunggu pembeli di atas jukung dengan bawaan barang dagangannya seperti buah pisang, mangga, jeruk serta sayur-sayuran.

Tak terlihat jukung yang dulunya pernah membawa kue tradisional seperti untuk-untuk, wajik, pisang goreng, bingka bulat dengan segelas teh hangat yang biasa bergabung di tengah padagang lainnya.

Menurut pedagang Pasar Terapung Kuin, Basrah, banyak  pedagang yang pindah ke lokasi Pasar Terapung di kawasan Piere Tendean.

“Alasannya karena di Siring Tendean,  pengunjung dan pembelinya lebih,” ujarnya.

Basrah tidak mau berjualan di Pasar Terapung Siring Tandean, karena sudah tak kuat mengayuh jukung karena kondisi usia.

“Jika hanya yang dijual sayur atau buah buahan tentunya tak sepadan, dan banyak saingan. Apalagi sudah ada pedagang lainnya yang berjualan seperti dagangannya,” katanya.

Pedagang lainnya, Taufiq, menilai  keberadaan Pasar Terapung Siring cukup bagus. Ditambah letaknya yang strategis di tengah kota.

Pun begitu, ia ingin keberadaan Pasar Terapung Kuin tetap dilestarikan, untuk menjaga khasanah Banjar.

“Rezeki sudah ada yang atur, dari orang tua saya sudah berjualan di sini, mudahan nama Pasar Muara kuin ini tak hilang ditelan zaman dan hanya tinggal sebuah nama untuk anak cucu kita,” harap Taufiq. (azka)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan