Meski Laba 2019 Menurun, PDAM Bandarmasih Dapat Predikat WTP ke-14

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Laba bersih PDAM Bandarmasih pada tahun 2019 mengalami penurunan lebih dari Rp 2,5 Milyar dibandingkan tahun 2018.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PDAM Bandarmasih, Ir Yudha Achmady saat penyampaian Neraca Komparatif Laporan Keuangan dan Evaluasi Kinerja Tahun 2019, Kamis (3/9/2020).
Jika pada tahun 2018 PDAM Bandarmasih dapat meraup laba sebesar Rp 20,307, maka pada tahun 2019 perusahaan milik daerah tersebut hanya mampu meraup untung sebesar Rp 17,715.
Dikatakan Yudha penurunan keuntungan tersebut disebabkan adanya beban penyusutan sejumlah aset milik PDAM dan pembayaran beban imbalan masa kerja yang harus di bayar pada tahun 2019.
“Jadi ada beberapa penyusutan aset dan pembayaran imbalan masa kerja yang menyebabkan pengeluaran jadi lebih tinggi,” ujarnya.
Selain itu, pada laporan keuangan tersebut juga terlihat peningkatan signifikan pada biaya beban pemakaian bahan kimia. Hal tersebut ujar Yudha terjadi karena sempat ada penurunan kualitas air, sehingga pihaknya mau tidak mau harus meningkatkan penggunaan bahan baku kimia guna menghasilkan kualitas air yang standar.
“Produksi air kita juga terjadi kenaikan tiap tahun, hal tersebut tentu meningkatkan kebutuhan kita terhadap bahan baku air bersih yang secara langsung berdampak pada penggunaan bahan kimia,” terangnya.
Pada perhitungan indikator kinerja yang dikeluarkan BPKP Kalsel, berdasarkan pedoman Kemendagri Nomor 47 Tahun terjadi kenaikan poin dibanding tahun 2018. Jika tahun 2018 indikator berada di poin 61,70, maka pada tahun 2019 poin indikator berada di poin 71,13 atau terjadi peningkatan sekitar 4,03 poin dan menempatkan perusahaan pada status BAIK.
Namun pada indikator yang didasarkan pada penilaian Badan Peningkatan Penyelengaraan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) terjadi penurunan pada poin indikator. Jika pada tahun 2018 berada di poin 3,67, maka pada tahun 2019 turun sebanyak 0,12 poin atau berada di angka 3,55 poin.
Penurunan tersebut disebabkan turunnya poin pada penilaian aspek pelayanan kualitas air kepada pelanggan.
Menurut Yudha turunnya indikator kerja tersebut disebabkan adanya “Miss” komunikasi dalam parameter penilaian.
“Kita mengikuti tahun-tahun sebelumnya bahwa ada 6 parameter yang harus dilakukan penilaian, ternyata tahun ini ada 8 parameter. Namun itu tidak berarti pelayanan kualitas air kita jelek, tapi hanya berbeda parameter saja,” jelasnya.
Meski terjadi penurunan laba dan beberapa indikator, PDAM Bandarmasih tetap mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam laporan tahunannya tersebut, hingga membuat PDAM Bandarmasih menorehkan catatan manis menerima predikat WTP untuk yang ke 14 kalinya. (David)

Tinggalkan Balasan