Lelang Siring Laut Dinilai Berisiko

Proyek Siring Laut dengan anggaran Rp14,2 miliar dinilai berisiko. (duki/klikkalsel)
Proyek Siring Laut dengan anggaran Rp14,2 miliar dinilai berisiko. (duki/klikkalsel)

KOTABARU – Lelang proyek Siring Laut dengan anggaran Rp14,2 miliar dinilai kontraktor berisiko. Apalagi pemenang kontrak dari Sampang, Jawa Timur.

“Sudahkah panitia lelang memeriksa alat mereka di sana? Sudahkah dianalisis kesanggupan kontraktor membawa alat ke Pulau Laut melalui Laut Jawa musim begini,” kritik perwakilan PT Lidy’s Artha Borneo (LAB) , Madi, Rabu (2/5) pagi.

Madi menceritakan, perusahaannya dikalahkan dengan alasan tidak melampirkan ISO terbaru. “Kami punya ISO versi sebelumnya. Tapi itu kan hanya beda versi saja, terkait manajemen perusahaan dan organisasi pada umumnya,” ujarnya.

Sementara, kata dia, pekerjaan beton Siring Laut memerlukan kesiapan alat di lokasi. “Alat kami semua lengkap dilokasi. Mereka di Jawa, pekerjaan singkat, kan berisiko jika yang menang, alatnya jauh,” tambahnya.

Dimintai tanggapannya, Kepala ULP Kotabaru, H Rahmat Nurdin mengaku, Pokja lelang sudah memeriksa ke Sampang. Alat batching plant dan kapal untuk mengangkut alat semuanya ada.

Pun begitu, Nurdin tidak menampik jika risiko perusahaan tidak bisa membawa alat memang ada. “Syarat ISO itu syarat yang diajukan dinas. Kami cuma melaksanakan lelang. Tapi nanti kalau sampai 28 hari pemenang kontrak tidak ada aktivitas, bisa diputus,” tekannya.

Jika itu terjadi, bukankah pemerintah kerugian waktu? Dia membenarkan. Tapi kata Nurdin, jika kemungkinan buruk itu terjadi, maka bisa saja tender akan dilimpahkan ke peserta lelang ke dua.

Sekadar diketahui, PT Lidy’s Artha Borneo (LAB) belum lama tadi mengirim surat sanggahan, meminta bukti verifikasi Pokja ULP Kotabaru terkait dimenangkannya PT Duta Ekonomi (DE).

Surat sanggahan nomor 1/Sanggahan/LAB/2018 tertanggal 8 April 2018, perusahaan meminta panitia menunjukkan dimana posisi alat batching plant. Dimana posisi kapal LCT dan tugboat milik pemenang.

LAB juga meminta panitia menunjukkan bukti kajian, jika alat pemenang layak dipakai. Dan dimobilisasi dengan cepat. Namun pertanyaan itu tidak dijawab Pokja. Pokja hanya membalas jika LAB kalah karena tidak melampirkan sertifikat mutu ISO 9001 2015 dan ISO 14001 2015.

Dari situs LPSE proyek tersebut dimenangkan Duta Ekonomi dengan nilai Rp13,6 miliar. Perusahaan ini beralamat di Sampang Jawa Timur. Sementara LAB menawar pada harga Rp12,6 miliar.(duki).

Editor : Elo Syarif

Tinggalkan Balasan