Indra Sjafri : Stop Pemain Menaturalisasi

M Riyandi dan M Rafi Syahrahil, dua pemain Barito Putera yang ikut membawa Timnas Indonesia menjuarai piala AFF 2019.(foto : fachrul/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel- Usai menjuarai Piala AFF U22, Couch Indra Sjafri sambangi Kota Seribu Sungai, dengan membawa Assisten Pelatih Timnas U22 Yunan Helmi serta dua punggawa Barito Putera yang ikut merasakan euphoria Juara AFF U22, M Riyandi dan M Rafi Syahrahil.

Kedatangan pelatih kelahiran Batang Kapas, Pesisir Selatan, Sumatra Barat tersebut guna memotivasi setiap atlet di Indonesia agar tidak takut untuk menghadapi setiap lawan dalam setiap pertandingan.

Dipiala AFF U22, ia bersama tim pelatih mampu membawa Tim Indonesia meraih juara, bersama para pahlawan-pahlawan baru ia mampu mengantarkan Indonesia ke puncak tangga juara.

“Sebenarnya AFF U22 merupakan trophy yang ke 4 yang saya persembahkan untuk Negara Indonesia, dua diantaranya di era Evan Dimas CS sebelum AFF U19 tahun 2013,” tuturnya, Kamis (7/3/2019).

Indra Sjafri juga mengatakan, Kalau ini sepak bola tentu Asprov, Askab, dan Askot harus bekerja lebih baik lagi memutar kompetisi dan memperbanyak para pelatih di daerah, karena dengan pelatih-pelatih yang berkualitas akan lahir pemain-pemain yang bagus.

Terkait dengan pelatih, ia mengatakan tidak hanya ditingkat daerah, di seluruh Indonesia kekurangan Pelatih, Jepang memiliki pelatih sebanyak 60 ribu orang.

Indonesia baru diangka 3 ribu orang. Sedangkan Licensi A-pro Jepang lebih dari 700 orang dan Indonesia baru 20 orang.

“Jadi kenapa memang kita tertinggal dari jepang, ya karena itu mereka pelatih yang berkualitas banyak jadi langkah yang tepat untuk segera bisa bersaing ya itu harus di perbanyak pelatih kita baik dari kuantitas pelatih dan juga kualitas pelatih,” tuturnya.

Kemudian ia juga menyinggung pemain naturalisasi, ia mengharapkan Indonesia tidak lagi menaturalisasi pemain-pemain untuk mengisi posisi Timnas.

“Saya harap stop Naturalisasi, kenapa? Karena kita banyak pemain, jangan karena kemalasan kita terus kita mengambil pemain-pemain luar yang umurnya juga sudah uzur, dan juga belum tentu juga dia bisa menjamin kita berprestasi,” paparnya.

Pelatih Berumur 56 tahun tersebut hanya menyampaikan imbauannya, karena dikatakannya semua kebijakan ada di tangan Pemerintah serta Federasi.

“Tapi kalau untuk saya. Saya malu kalau kita menaturalisasi orang padahal kita sumber dayanya banyak. Kecuali seperti Filipina, Singapura, dan Timor Leste karena memang mereka kekurangan orang, ini kita kan banyak orang, dan itu juga membuar motivasi anak-anak menjadi berkurang,” pungkasnya.(fachrul)

Editor : Alfarabi

Tinggalkan Balasan