Harga Cabe Naik, Pedagang Menjerit

Purwati pedagang cabe di pasar sentra Antasari

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Musim panas atau kemarau panjang yang terjadi memberi pengaruh harga terhadap sejumlah kebutuhan pokok.

Seperti cabe tiung, sebelumnya harganya hanya Rp 25 ribu per kilogram, sekarang naik jadi Rp 70 ribu perkilo. Sementara jenis cabe taji naik dari Rp 30 ribu perkilo menjadi Rp 70 perkilo.

Sedangkan cabe merah besar yang sebelumnya Rp 25 ribu perkilo saat ini dijual Rp 45 ribu perkilo. Cabe hijau besar naik dari Rp 20 ribu perkilo menjadi Rp35 ribu perkilo. Dan cabe keriting sekarang Rp 70 ribu yang sebelumnya hanya Rp30 perkilo.

Hal tersebut diungkapkan satu di antara pedagang cabe Pasar Sentra Antasari Banjarmasin, Purwati, bahwa harga cabe dipengaruhi faktor cuaca dan suplai pasokan sedikit dari sejumlah daerah penghasil.

“Hampir dua mingguan ini semua jenis cabe harganya naik secara bertahap. Bahkan, ada yang hampir tiga kali lipat naiknya,” tutur Purwati, Selasa (7/11/2023).

Menurutnya, musim kemarau tahun ini terbilang cukup panjang, sehingga petani cabe hanya panen sedikit. Lantaran dipengaruhi kekeringan atau kurang air pada lahan.

Baca Juga HIPMI Tabalong Bagikan 15 Ribu Bibit Cabe Tiung ke Bumi Saraba Kawa

Baca Juga Transformasi PLN Hasilkan Inovasi Bisnis dan Peningkatan Kapasitas SDM, Dirut PLN Dianugerahi Penghargaan Internasional

“Tanaman cabe kering dan rontok sebelum sempat dipanen,” imbuhnya.

Selain itu, naik turunnya harga cabe dipengaruhi oleh ketersediaan dan pasokan dari daerah penghasil.

 

Kurangnya pasokan akan menyebabkan kekosongan stok di pasaran dan melonjaknya harga.

“Saat ini pasokan cabe yang masuk ke Banjarmasin kebanyakan dari Sulawesi. Sebagian lagi dari Jawa dan daerah lokal di Kalsel, terutama dari Nagara, Hulu Sungai Selatan,” katanya.

Naiknya harga cabe ini, kata Purwati mempengaruhi para pembeli yang berbelanja di pasar akan menurun.

“Kalo ada yang beli, paling sedikit-sedikit karena harganya mahal. Sementara, kalo tidak laku atau masih banyak tersisa, cabe ini akhirnya busuk dan kita pasti akan rugi,” imbuhnya.

Disisi lain, melambungnya harga cabai di pasaran membuat pedagang ayam geprek juga semakin tertekan.

Sebabnya kebutuhan cabai sangat banyak diperlukan saat pembuatan utamanya untuk sambal geprek.

Meski harga cabe naik, mengurangi porsi sambal untuk pelanggannya juga bukan pilihan, pedagang mengaku pasrah meski harus menambah modal pengeluaran tanpa menaikkan harga.

Hal itu diungkapkan Mutiah, pedagang ayam geprek di Kawasan Jalan Antasan Kecil Timur, Kelurahan Pasar Lama, Kecamatan Banjarmasin.

“Ya mau gimana lagi, kalau dinaikkan harganya pelanggan bisa hilang,” imbuhnya.

Naiknya harga cabai sudah dirasakannya sejak satu bulan lebih dan diharapkannya agar bisa kembali normal.

“Mudahan lekas normal harganya,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi