Aksi Ekstrem ‘Bergelantungan’ di Ketinggian Tunggu Beduk Berbuka

Anggota Mapala Uniska Banjarmasin mencoba menyeberangi gedung, menggunakan teknik vertikal rescue subtension. (Foto : Ganang/Klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Beragam aktivitas mengisi waktu menjelang berbuka puasa di sore hari. Ada yang memilih nongkrong atau berkumpul, jalan-jalan, dan membaca buku. Berbeda dengan yang dilakukan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Uniska Banjarmasin, yaitu latihan vertikal rescue atau pertolongan di ketinggian.

Dalam kegiatan itu, anggota Mapala Uniska melakukan simulasi menyeberangi antar gedung berjarak sekitar 50 meter dengan menggunakan tali di ketinggian 15 meter. Perlu teknik dan keahlian khusus yang terampil dalam melakukan hal tersebut dan peralatan panjat standar, guna menjamin keselamatan.

“Simulasi ini yang merupakan materi dari divisi panjant tebing atau rock climbing Mapala Uniska. Selain itu, juga mengisi waktu luang, sambil menunggu bedug berbuka puasa,” kata koordinator Pendidikan dan Pengembangan (Diklatbang) Mapala Uniska Banjarmasin, Ahmad Said Sahdi kepada awak media ini, Jum’at (17/5/2019).

Kegiatan ekstrem ini tampak sangat menegangkan, saat salah satu anggota Mapala Uniska bergelantungan di tali karmantel menuju gedung. Ada dua tali karmantel menjadi penopang utama simulator.

Sedangkan di tubuh simulatornya terpasang harnes, pita webbing dan carbiner. Sebagai pengaman utama saat bergelantungan di tali karmantel yang diangkor membentang antar gedung kampus Uniska Banjarmasin tersebut.

“Ini menggunakan teknik suspension atau penyeberangan antar lokasi yang tinggi. Pada tali karmantel terpasang dua buah pulley atau sejenis katrol untuk meringankan simulator bergerak di tali,” papar Said Sahdi.

Peralatan dan perlengkapan standar, serta keahlian panjat tebing menjadi syarat utama dalam melakukan Vertikal Rescue. (Foto : Ganang/Klikkalsel)

Ia menjelaskan, vertikal rescue teknik subtension tersebut sangat dibutuhkan untuk evakuasi korban di lokasi ketinggian, yang tidak bisa dilakukan melalui jalur darat. Salah satunya, pernah dilakukan dalam penanganan operasi SAR saat evakuasi korban Pesawat Sukhoi Superjet 100 di lembah Gunung Salak, Jawa Barat, 2012 lalu.

“Oleh sebab itu, kami para penggiat alam bebas khususnya organisasi pecinta alam di bekali materi ini agar dapat ikut membantu seandainya terjadi musibah di lokasi ekstrem. Latihan rutin ini, sering kita gelar guna mengasah keterampilan,” pungkasnya. (rizqon)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan