Ini Harapan Difabel Binaan Rumah Disabilitas Borneo

Anak anak Disabelitas Borneo saat mengerjakan sasirangan

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Meski memiliki ketidakmampuan dalam pendengaran, Rizky, Aulia, Popy dan lainnya tetap bersemangat dalam merajut serta mempola selembar kain untuk dijadikan kain Sasirangan.

Meski sesekali mereka berkomunikasi dengan bahasa Isyarat namun sangat kompak dalam mengerjakannya.

Itulah yang dilakukan oleh anak-anak disabilitas binaan Yayasan Rumah Disabilitas Borneo, Jalan Batu Besar, Teluk Dalam, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

Setiap harinya anak anak diberikan pelajaran dan pengalaman, baik tentang mengelola hidroponik, perikanan, menjahit, dan sasirangan hingga melakukan jual beli online di sosial media.

Ketua Yayasan Rumah Disabilitas Borneo, Norhidayah mengatakan, aktifitas mereka dimulai dari pagi hingga sore.

Kurang lebih ada 20 anak dengan disabilitas tuna rungu, tuna grahita, dan tuna daksa, namun paling banyak tuna rungu.

“Meski demikian, mereka masih bisa berkarya luar biasa,” kata saat disambangi klikkalsel.com, Sabtu (27/4/2024)

Baca Juga Berbagi Kebahagiaan di Ramadan, PLN Salurkan Bantuan untuk Anak Yatim, Difabel dan Lansia Dhuafa di Kalteng

Baca Juga Para Difabel Ingin Pemerintah Beri Pelatihan

Dan saat ini produk hasil olahan anak-anak tersebut bisa dibilang menuai hasil terutama jenis Sasirangan. Tak jarang dari tamu yang datang membeli Sasirangan hasil karya anak-anak disabilitas tersebut.

“Alhamdulillah selama berjalan UMKM kami beberapa tahun terakhir sudah ada dukungan baik dari pemerintah maupun pertamina,” katanya.

Ia juga menyebutkan, anak anak disabilitas rata-rata sudah dewasa dan banyak pula yang telah lulus dari sekolah SMP dan SMA.

“Bahkan saat ini ada yang berkuliah di Universitas Lambung Mangkurat untuk menyelesaikan S1 nya,” ucapnya.

Hidayah juga mengungkapkan, ada harapan anak anak masih terganjal dan rasanya sulit terwujud. Di mana para penyandang disabelitas bisa diterima di lingkungan ASN atau perusahaan swasta untuk menjadi pegawai atau karyawan.

“Tak sedikit dari mereka yang ingin bekerja sebagai pegawai maupun karyawan baik di pemerintahan maupun swasta tapi informasi sangat minim,” katanya.

Senada dengan Imam, warga Kebun Bunga Orang Tua Aulia yang seorang disabilitas, mengungkapkan, anak-anak mereka hendaknya mendapat perlakuan yang sama baik dalam mendapatkan pekerjaan.

“Memang untuk berkomunikasi harus menggunakan isyarat, sehingga sedikit sulit tapi saya ingin mereka mendapat tempat yang sama dengan yang lainya. Orang tua mana yang ingin anaknya minder dalam bersosial, tapi harus diterima dengan lapang dada. Akan tetapi berharap pemerintah lebih memperhatikan terutama dalam mendapatkan pekerjaan,” pungkasnya. (azka)

Editor : Akhmad