HST  

Tengok Isu Save Meratus, Tim Peneliti Kaji Ekonomi Hijau di HST

Tengok Isu Save Meratus, Tim Peneliti Kaji Ekonomi Hijau di HST
Tim peneliti dari BRIN dan BPS saat meninjau lokasi pembibitan ikan milik Lutfian Ilham, salah satu pemuda penggerak ekonomi hijau di Pantai Hambawang HST. (foto : dayat/klikkalsel.com)

BARABAI, klikkalsel.com – Sejumlah tim peneliti Badan Pusat Statistik bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) lakukan kajian ekonomi hijau di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Kajian itu dilakukan dengan menengok isu gerakan Save Meratus yang telah lama digaungkan warga Bumi Murakata.

Dibantu Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) HST, Tim peneliti menyambangi sejumlah praktik ekonomi hijau yang telah berjalan yang secara mayoritas digarap oleh kalangan milenial.

Perwakilan tim peneliti, Zainal Fatoni Senin (4/7/2022) mengungkapkan, pihaknya dari BPS dan BRIN bekerjasama melakukan kajian tentang ekonomi hijau di 34 provinsi. Untuk di Kalimantan Selatan, pihaknya secara khusus melihat isu Save Meratus.

Kajian itu digelar bertajuk kajian kualitatif Long Form Sensus Penduduk 2020 yang sudah berlangsung sejak 27 Juni sampai dengan 16 Juli 2022 guna pengumpulan data lapangan.

Sejumlah lokasi praktik ekonomi hijau yang ditinjau, meliputi Bank Sampah Murakata di DLHP HST, Budidaya Maggot BSF di Hevea, Pembibitan Ikan dan Maggot Bina Rumpun Sejati di Pantai Hambawang, Budidaya Maggot untuk Unggas di Balanti, serta Bank Sampah Urbandewan berbasis Digital di Desa Bawan.

Baca Juga : Lakukan Ekspedisi ke Gunung Halau-halau, Bupati HST Sampaikan Komitmen Menjaga Kelestarian Hutan Meratus

Baca Juga : Sejumlah Kawasan di Banjarmasin Masih Terendam Pasca Hujan Deras dan Air Pasang

Sebelumnya, pihaknya juga telah menyambangi kawasan Pegunungan Meratus Puncak Penitiranggang di Desa Kiyu melihat suasana hutan dan praktik ekonomi hijau Masyarakat Adat Dayak melalui berladang dan bertani.

“Kita melihat dari hulu nya kawasan pegunungan bagaimana masyarakat petani melakukan praktik ekonomi hijau untuk kegiatan berladang/bertani. Serta, di bawahnya kita juga lihat isu di perkotaan yang lebih mengarah ke masalah sampah dan pengelolaannya,” jelasnya.

Menurutnya, masih banyak potensi lokal yang bisa ditingkatkan, baik itu melalui komunitas-komunitas dan tentunya perlu dukungan semua pihak.

“Melihat praktik-praktik ekonomi hijau itu, bahwa dengan mengelola sampah bisa memberikan benefit tambahan penghasilan, jadi dampak ekonomi semakin terasah. Tingkatkan lagi komunitas-komunitas itu, dan perlu didukung oleh semuanya,” tuturnya.

Sementara itu, Syafaat Kabid Pengelolaan Sampah DLHP HST yang turut mendampingi tim peneliti itu menyambut baik segala masukan-masukan yang diberikan oleh mereka.

Lebih lanjut, terhadap saran-saran yang diberikan kepada para pelaku ekonomi hijau milenial di HST, pihaknya pun akan turut serta mendorong kepada mereka agar lebih memaksimalkan lagi berbagai kegiatannya, sehingga dampak positifnya semakin meluas.

“Akan terus kita rangkul dan jejaringkan pada pelaku ekonomi hijau milenial di HST ini, agar semakin dikenal dan kebermanfaatannya semakin meluas. Terlebih, mereka dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,” jelasnya. (dayat)

Editor : Akhmad