Proxy War dan Narkoba Ancam Generasi Muda

BANJARMASIN, klikkalsel– Perang tanpa bentuk, tak jelas siapa kawan maupun lawan atau yang dikenal dengan istilah proxy war serta maraknya peredaran narkoba, kini mengancam genrasi muda terutama kalangan pelajar dan mahasiswa.

Pesatnya perkembangan globalisasi perlu diwaspadai oleh semua pihak. Sebab, ancaman proxy war maupun maraknya peredaran narkoba yang sudah tidak terkontrol sangat merugikan bagi masyrakat khususnya di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Komunikasi sosial LANAL Banjarmasin bersama pelajar, mahasiswa, Toga, Todat, Tomas dan organisai kepemudaan bekerjasama dengan BNN Kalsel menyelenggarakan diskusi publik tentang bahaya proxy war yang mana didalamnya termasuk bahaya narkoba.

diskusi publik tentang bahaya Proxy War dan penyalahgunaan narkoba yang dilaksanakan di Lanal Banjarmasin bekerjasama dengan BNN Kalsel. (foto : bimo/klikkalsel)

Menurut Mayor (laut)  Firmansyah, dalam rangka pemberdayaan dan pengetahuan kepada masyarakat cara mengatasi dan mengatisipasi bahaya proxy war serta bahaya narkoba dikalangan masyarakat terutama kalangan pemuda di Kalsel tidak meninggalkan empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD1945, NKRI dan Bhineka Tungga Ika.

“Ancaman proxy war dan peredaran narkoba tentunya harus diantisipasi. Terutama kalangan anak muda. Ini sangat membahayakan jika tidak diantisipasi. Makanya, empat pilar kebangsaan ini harus ditanamkan kepada genari muda,” tutur Firmansyah, Senin (13/11/2017).

Sementara kata dia, ciri-ciri munculnya proxy war dikalangan masyarakat, seringkali menggunakan senjata berupa isu terorisme, ketimpangan pembangunan, demokratisasi, ketidakadilan ekonomi, radikalisasi agama, separatisme, kemajemukan masyarakat dan menggunakan pihak ketiga.

Sementara itu Kabid P2M BNN Kalsel H Ipansyah dalam paparannya menyampaikan kondisi terkini bahaya narkoba. Menurutnya banyak kasus yang telah diungkap pihak kepolisian dan BNN  salah satunya adalah peredaran obat charnophen.

“Kondisi Kalsel sangat memprihatinkan karena peredaran narkoba. Contohnya baru-baru ini justru dikendalikan dari dalam Lapas. Kok ini bisa terjadi. Meskipun sudah banyak yang ditangkap oleh polisi dan BNN namun mereka belum jera,” ucap Ipansyah.

Ia menyarankan, kalau ada informasi terkait peredaran narkoba di tengah masyarakat, maka segera melaporkan ke pihak aparat. Bahkan kata dia, BNN akan menjamin akan merahasiakan nama pelapor.

Di sisi lain, Anggota DPRD Kota Banjarmasin, Noorlatifah yang menjadi udangan pada acara diskusi tersebut menyampaikan, peredaran obat jenis charnophen justru yang menjadi sasaran empuk di wilayah Kalsel dan di Kalteng.

“Isunya memang belum menasional, karena data yang kita miliki peredaran charnophen justru marak di Kalsel dan Kalteng. Aturannya memang sudah ada meskipun tidak menggelobal, tapi yang menjadi pertanyaan saat ini yang diserang hanya Kalsel dan Kalteng,” tutur Noorlatifah.

Politisi muda Partai Golkar ini menambahkan, program yang dilakukan oleh BNN dengan cara melakukan pembinaan sudah tepat. Karena banyak pelaku narkoba ketika sudah dipenjara dan ke luar tetap melakukan perbuatan serupa.

“Program BNN tersebut juga bisa dilakukan pemerintah Kota Banjarmasin, misalnya dengan melakukan jemput bola. Apalagi sudah ada Wira Usaha Baru (WUB) yang bisa diarahkan ke sana sehingga pelaku bisa mandiri dan membuang kebiasaan menggunakan atau menjual narkoba,” pungkasnya.(bimo)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan