Pengrajin Batu Bata di Kawasan Sungai Tabuk, Masih Bertahan Meski Harus Bersaing dengan Bata Olahan Pabrik

Proses pengolahan batu bata secara manual di kawasan Sungai Tabuk, masih bertahan di tengah persaingan olahan pabrik.(foto : nono/klikkalsel)

MARTAPURA, klikkalsel.com – Pengrajin batu bata di Desa Ambun Jaya Jalur 2 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar, masih bertahan memproduksi bata olahan secara manual.

Para pengrajin batu bata di kawasan Sungai Tabuk saat ini memang harus bersaing dengan pengolah bata ringan baik dari Pulau Jawa dan olahan pabrik di Kalimantan Selatan. Bahkan, para pengrajin batu bata di kawasan Sungai Tabuk masih mampu menjual batu batanya hingga ke Kabupaten Barito Kuala (Batola).

Hj Wati, yang memliki gudang pengolahan batu bata, dalam sehari mampu memproduksi 1.400 biji batu bata dibantu dengan dua orang pegawainya, Tini dan Mairoh. Usaha tersebut sudah digelutinya kurang lebih 10 tahun.

Proses pengolahan batu bata yang diproduksi di gudang Hj Wati memang berbeda dengan bata ringan dari pulau Jawa. Ada beberapa tahapan yang dikerjakan anak buah Hj Wati secara manual. Pertama mencari tanah liat, kemudian tanah tersebut di injak-injak agar melebur dan lebih halus.

“Proses selanjutnya adalah pencetakannya yang dilakukan langsung dua orang yang bekerja di gudang, kemudian proses terakhir adalah proses pembakaran atau pengeringan,” tutur Hj Wati.

Baca Juga : Olahraga Malam Berlebihan Beresiko Pada Daya Tahan Tubuh

Menurutnya, proses pembakaran atau pengeringannya bisa memakan waktu hingga 1 bulan, karena terkendala tempat atau gudangnya kecil, tetapi dalam proses pengeringan tersebut bisa menghasilkan 20.000 balok batu bata dalam waktu 1 hari 1 malam, dan menggunakan bahan bakar kayu.

“Dua pegawai saya yang bekerja di gudang, masing-masing bisa menghasilkan 700 sampai 900 balok batu bata tiap orangnya dan untuk harga 1 baloknya kurang lebih 500 rupiah,” ucapnya.

Sementara ditambahkannya, bahan tanah liat untuk mengolah batu bata tersebut dicari langsung oleh suami Hj Wati.

“Kalau untuk penjualannya sudah mulai keluar Kabupaten Banjar, seperti daerah Banjarmasin dan yang paling jauh daerah Anjir Kabupaten Barti Kuala, setiap pengiriman tersebut bisa mencapai 2.000 balok batu bata sesuai kapasitas mobil angkutan tersebut, dan juga sesuai permintaan konsumen. Akhir-akhir ini pesanan untuk bahan baku sekolahan mencapai 30.000 balok batu bata.(nono)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan