Pemeriksaan Awal Tak Ada Tanda Kekerasan Pada Mayat Mengapung di Kayutangi II

Tim identifikasi Polresta Banjarmasin saat melakukan pemeriksaan awal pada temuan mayat di Kayutagi II

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Polisi menyampaikan tak ada ditemukan tanda kekerasan dari sesosok mayat pria mengapung di bawah jembatan Jalan Brigjen Hasan Basry Komplek Kayutangi II, Kecamatan Banjarmasin Utara, Senin (3/2/2025).

Kanit Reskrim Polsek Banjarmasin Utara, Ipda Hafiz Satria mengatakan, hal ini terungkap setelah pihaknya dari kepolisian bersama tim identifikasi Polresta Banjarmasin melakukan olah TKP dan visum untuk mengetahui penyebab kematian Pria yang diketahui bernama Sulaiman (25), warga Jalan Antasan Kecil Timur (AKT), Kecamatan Banjarmasin Utara.

“Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Keluarga juga telah menolak untuk dilakukan autopsi,” jelas Ipda Hafiz.

Baca Juga Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Tahun 2024 Meningkat Dibanding Tahun Sebelumnya

Baca Juga Aksi Kekerasan Jalanan di Gambut, OTK Pukul Anak di Bawah Umur Hingga Berdarah

Dari informasi yang dihimpun, Sulaiman dikenal jarang pulang dan tidak memiliki pekerjaan tetap.

Diberitakan sebelumnya, Warga Jalan Brigjen H Hasan Basri, Komplek Kayu Tangi II, Kecamatan Banjarmasin Utara, dikejutkan dengan penemuan sesosok pria yang mengapung dalam keadaan telungkup di bawah jembatan sungai kecil.

Saat ditemukan, ia hanya mengenakan kaos merah tanpa celana. Dari keterangan salah satu teman almarhum Opan mengatakan, di sekitar lokasi ditemukan celana dan sandal milik Sulaiman.

Almarhum diketahuinya sering berada di sekitar kawasan tersebut dan membantu mengatur lalu lintas bagi pengendara yang ingin memutar balik.

Ditambahkan Saidah (42), sepupu korban yang juga warga Jalan Antasan Kecil Timur, mengaku terkejut setelah mengetahui almarhum meninggal dari pesan WhatsApp yang beredar lantaran mengenali pakaian almarhum.

“Sangat terkejut saat melihat foto korban beredar di WhatsApp dan pakaian yang dipakainya (dikenakannya),” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa korban sering datang ke rumahnya setiap dua hari sekali untuk meminta uang sebelum pergi nongkrong di sekitar lokasi penemuan.

Lebih lanjut, kata Saidah, sepupunya ini sudah beberapa kali diajak oleh keluarga kandungnya untuk ikut tinggal di Tanjung. Namun, selalu ditolaknya dan memilih tinggal sendiri.

“Dia beberapa kali diajak oleh orang tua maupun saudara kandungnya untuk tinggal di Tanjung, tapi dia selalu menolak. Dia lebih memilih hidup sendirian,” pungkasnya.(airlangga)

Editor : Amran