BANJARMASIN, klikkalsel.com – Pemko Banjarmasin melalui TP PKK dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) terus mengintensifkan upaya edukasi dalam melawan kekerasan terhadap perempuan.
Ketua TP PKK Kota Banjarmasin, Neli Listriani, menegaskan bahwa langkah ini menjadi prioritas utama demi membentuk kota yang lebih aman dan responsif terhadap isu kekerasan berbasis gender.
“Sekitar 70 persen dari total kasus kekerasan yang terjadi di Banjarmasin merupakan kekerasan terhadap perempuan. Ini angka yang tidak bisa dianggap sepele,” ujarnya, Selasa (22/4/2025).
Menurutnya, langkah konkret yang tengah dilakukan adalah memperluas jangkauan edukasi di lingkungan sekolah.
“Kami akan memperbanyak durasi dan frekuensi edukasi, baik melalui kelas khusus, diskusi kelompok, hingga pelibatan langsung dalam upacara sekolah,” tuturnya.
“Prinsipnya, siapapun yang mengalami kekerasan harus speak up dan berani melapor. Satgas kami selalu siap menindaklanjuti laporan dengan menjaga kerahasiaan identitas korban,” tegasnya.
Upaya ini mendapat dukungan penuh dari DPPPA Kota Banjarmasin. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Rusdiati, mengungkapkan bahwa pihaknya mencatat 152 kasus kekerasan terhadap perempuan dari Januari hingga April 2025.
Menurutnya, angka tersebut bukan semata menunjukkan peningkatan kasus, melainkan juga meningkatnya keberanian masyarakat untuk melapor.
“Peningkatan laporan adalah hasil dari kerja panjang kami dalam membangun kepercayaan publik. Ini bukan sinyal buruk, justru menjadi indikator bahwa masyarakat mulai sadar dan tidak lagi memilih diam,” kata Rusdiati.
Ia menambahkan bahwa dari seluruh kasus yang tercatat, sebagian besar kini telah dalam proses pendampingan, sementara beberapa lainnya sudah masuk ranah hukum.
“Seperti kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), ada yang saat ini sudah berada di tahap persidangan dan tinggal menunggu putusan,” ungkapnya.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, DPPPA bersama TP PKK dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Banjarmasin tengah merancang program edukatif berbasis komunitas dan sekolah.
Salah satunya adalah Kelas Inspiratif, sebuah inisiatif yang akan melibatkan tokoh masyarakat, penyintas kekerasan, serta profesional dari berbagai bidang untuk memberikan pemahaman langsung kepada pelajar mengenai pentingnya menghargai hak-hak perempuan dan anak.
“Kami juga sedang menerapkan sistem rolling pembina apel di sekolah-sekolah, agar tiap instansi bisa turut menyisipkan pesan-pesan anti-kekerasan dalam kegiatan rutin siswa,” tandasnya.(fachrul)
Editor : Amran