Kilas Balik Pendakian dan Pengibaran Merah Putih pada 17 Agustus di Gunung Halau-halau

Pengibaran bendera Merah Putih pada Upacara 17 Agustus di kawasan Sungai Karuh saat pendakian pertama Gunung Halau-halau.

Pendakian Merah Putih Gunung Halau-halau 1.901 MDPL pertama itu, kata Bang Donny diketuai oleh M Ferdy Hudayana, anggota Mapala Stienas angkatan 1997.

Tidak lama itu, panitia enggan membuang banyak waktu dan langsung bergerak cepat menyiapkan segala sesuatu keperluan setiap harinya. Mulai dari membagi proposal, survey lokasi desa hingga mencari angkutan transportasi.

“Saya dan Haris Irawan dapat kebagian untuk mencari pendanaan kegiatan itu,” terangnya.

Hingga proposal disebar ke beberapa instansi untuk minta dukungan penyelenggaraan. Ibarat kerja keras tidak membutakan hasil, pihaknya disambut baik oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Provinsi Kalsel untuk menggelar kegiatan tersebut.

“Waktu itu kepala dinas nya dijabat oleh pak Amanul Yakin,” tuturnya.

Menjelang memasuki bulan Agustus tahun 2000, panitia menyebarkan undangan pendakian bersama merah putih Halau-halau 1.901. MDPL itu ke seluruh Mapala dan Orpala yang ada di kalsel.

Singkatnya, pada tanggal 14 Agustus 2000, pelepasan kegiatan tersebut dilakukan di halaman kampus Stienas Banjarmasin yang kemudian dilepas oleh Kadispora Provinsi Kalsel dan para Dosen STIENAS.

“Sementara saya bersama Haris dan Yanor (KPA Meratus Hijau) sudah tiba di Desa Batu Kambar lebih dahulu pada tanggal 12 Agustus untuk mengurus izin, dan kesiapan kegiatan di lokasi,” kata Bang Donny.

Tepat 15 Agustus, pendakian ke puncak Halau – halau dimulai. Saat itu, kata Bang Donny diikuti sekitar seratus lebih pendaki dari 12 organisasi Mapala dan Orpala Kalsel.

Hari pertama, mereka memulai dari titik start di Desa Batu Kambar yang kemudian trekking melewati Desa Kiyu, dilanjutkan mendaki puncak bukit Penitiranggang hingga terakhir Camp di sekitar Air Terjun Sungai Karuh yang letaknya di lereng Gunung Halau-halau.

“Waktu itu, jalurnya saya rasa tidak terbuka seperti saat ini, masih hutan lebat yang asri dan jalan setapak tidak terlalu terbuka,” ceritanya.

Pada hari kedua, tepatnya 16 Agustus , hanya beberapa orang perwakilan dari organisasinya yang melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Halau-halau.

Sementara itu, sisanya tetap camp di kawasan Sungai Karuh untuk melaksanakan upacara 17 Agustus pada esok harinya.

“Karena waktu itu puncak hanya bisa menampung tidak lebih dari 10 orang. Sehingga upacara dilakukan di kawasan Air Terjun Sungai Karuh yang dilaksanakan secara sangat sederhana,” jelasnya.

“Susunan petugas upacaranya kami susun acak, pemimpin Upacaranya Muhammad Mu’az dari Mapala Uniska. Pengibar bendera Marten Acid dari Mapala Stienas, Kuyus dari Mapala Green teknik ATPN dan Rano Christian dari Mapala Justitia Fakultas Hukum ULM. Sedangkan pembaca doa Rusmin perwakilan Mapala Meratus,” sambungnya.

Lebih lanjut, kata Bang Donny pada saat itu kegiatan tidak melulu melakukan pendakian ke Puncak Halau-halau, para peserta juga melakukan bakti sosial di Desa Kiu dan Batu Kambar setelah turun dari puncak.

“Kami memberikan pakaian layak pakai ke warga desa, membersihkan dan perbaikan tempat ibadah dan balai adat,” imbuhnya.

Menurut Bang Donny, dengan tekad dan kebersamaan, solidaritas yang tinggi antar sesama pecinta alam serta Izin sang pencipta, kegiatan pendakian pertama tahun 2000 Gunung Halau-halau pada 17 Agustus dapat dinyatakan sukses terlaksana.

Banyak cerita dan kesan yang mendalam bagi seratus lebih peserta ekspedisi, karena mereka adalah saksi dimana perjuangan menuju kesuksesan pertama kali bendera merah putih dikibarkan, lagu Indonesia raya dinyanyikan dan kata – kata MERDEKA diteriakan di tengah belantara Hutan Tropis Pegunungan Meratus.

Kini, Setiap tahunnya, tanggal 17 Agustus, Gunung Halau – Halau tidak pernah sepi oleh Pecinta Alam yang melaksanakan upacara bendera, koordinator atau panitianya dilakukan secara bergiliran setiap tahun.

“Seperti halnya cinta pertama, pelaksanaan upacara bendera pertama ini seperti tak pernah hilang dari ingatan, semua butuh pengorbanan, tidak mudah dan sesempurna yang diharapkan, namun sangat berkesan dan tak akan dilupakan,” tutur Bang Donny.

Sebelumnya, dia juga mengungkapkan kelompok pecinta alam mana yang menginjakan kaki pertama mereka di dataran paling tinggi di Kalsel itu

Mereka adalah Mahasiswa yang tergabung di Kelompok Pecinta Alam dan Seni Borneo (Kompas Borneo) Unlam atau ULM

“Diantaranya F.a. Abby dan Indra Kusumajaya (angkatan pertama) serta James Podhoil ( angkatan kedua) Kompas Borneo Unlam, pada tahun 1980, dengan misi sekadar bertualang, menjelajah dan menikmati alam liar belantara meratus,” pungkasnya. (airlangga)

Berikut daftar Organisasi Pecinta Alam yang telah menjadi Panitia (Fasilitator) atau Koordinator Pendakian dan Pengibaran Merah Putih 17 Agustus di Puncak Halau-halau.

1. Tahun 2000 : Mapala Stienas dan CPA Meratus Hijau Kandangan

2. Tahun 2001 : Kompas Borneo Unlam (ULM)

3. Tahun 2002 : Mapala Uniska

4. Tahun 2003 : Mapala Meratus UIN Antasari

5. Tahun 2004 : Mapala Justitia

6. Tahun 2005 : Green Justice

7. Tahun 2006 : Wira economica

8. Tahun 2007 : KPA-P

9. Tahun 2008 : Iwapalamika

10. Tahun 2009 : Fisipioneer

11. Tahun 2010 : Bertepatan Bulan Ramadan

12. Tahun 2011 : Bertepatan Bulan Ramadan

13. Tahun 2012 : Bertepatan Bulan Ramadan

14. Tahun 2013 : Impas B

15. Tahun 2014 : KPA Tapak Barito Marabahan

16. Tahun 2015 : Mapala Graminea

17. Tahun 2016 : Mapala Sylva

18. Tahun 2017 : Mapala Fak Teknik Bjb

19. Tahun 2018 : Piranha (Gunung Kahung)

20. Tahun 2019 : Mapala Redox Stiei

21. Tahun 2020 hingga 2022 masih dipegang Mapala Arga Uvaya.

 

Editor: Abadi