Kematian Ribuan Ikan Milik Petambak Banua Anyar Diduga Karena Turunnya DO

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup saat memantau ke lokasi tambak terapung Banua Anyar. (foto : david/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Matinya ribuan ikan milik petambak keramba apung di kawasan Banua Anyar mendapat perhatian serius dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Banjarmasin.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak dinas, kematian ikan yang sebagian besar jenis bawal tersebut diakibatkan turunnya kadar oksigen atau dissolved oxygen (DO) di Sungai Martapura yang hanya berada dikisaran 2 miligram perliter.

“Untuk ikan, khususnya bawal kadar oksigen harusnya berada di atas 4 miligram perliter,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Banjarmasin, H Lauhem Mahfuz ditemui saat melakukan ke tambak terapung Banua Anyar, Rabu (8/10/2019) siang.

Turunnya kadar oksigen tersebut ujar Lauhem dapat dipicu oleh beberapa hal antara lain adalah perubahan suhu air, salah dalam cara pemberian pakan ikan hingga perubahan air yang disebabkan oleh kemarau.

Sedangkan jika melihat kasus yang terjadi di Banua Anyar ini, ia menduga terjadi karena perubahan air pada musim kemarau yang diperparah dengan kesalahan dalam cara pemberian pakan.

Petambak di Banua Anyar disinyalir memberikan pakan pelet berlebih pada ikan, hal tersebut membuat endapan bekas pakan membuat turun kadar oksigen terlarut dalam air.

“Bahkan kita temukan petambak yang memberikan pakan berupa usus ayam mentah kepada ikan,” ungkapnya yang juga didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin, H Muhyar.

Padahal ujarnya hal tersebut salah, karena selain dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air juga dapat menimbulkan pencemaran yang membuat kualitas air semakin menurun.

Seharusnya, usus ayam tersebut sebelum diberikan kepada ikan harus direbus terlebih dahulu. Kedepan pihaknya akan memberikan pembinaan kepada para petambak keramba apung ini agar tidak mengalami kerugian seperti ini.

Dari data yang didapatnya, hampir 80 ton ikan bawal milik 47 petambak keramba apung ini mati dengan jumlah kerugian mencapai milyaran rupiah.

“Pembinaan sudah kerap kita berikan. Kedepan kita akan Carikan solusi agar mereka tak mengalami resiko kerugian seperti ini. Bahkan kita juga memikirkan alternatif pemindahan lokasi tambak agar tidak berada di sungai lagi,” pungkasnya.(david)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan