HSS  

HSS Gencarkan Gerakan Pilah Sampah Bernilai Ekonomis

KANDANGAN, klikkalsel.com – Gerakan Pilah Sampah dari Rumah dan Kantor di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) sudah berjalan sejak 2016 lalu. Gerakan ini berdasarkan Surat Edaran Bupati HSS Nomor 660.1/323/Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Dispera-KPLH) setempat.

Sekarang, gerakan ini makin gencar seiring bertumbuhnya Bank Sampah yang sudah tersebar luas dengan jumlah sekitar 30 unit, terbagi di kawasan perkantoran, sekolah dan desa.

Semuanya telah bekerjasama dengan Bank Sampah Induk (BSI) yang terletak di Jalan Singakarsa Kandangan Barat.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Seksi Pengolahan Persampahan, Muhammad Robby Arifianto kepada awak media, Selasa (28/9/2021).

Dikatakannya, gerakan ini dapat menghasilkan nomimal uang yang tidak bisa diremehkan. Tercatat, data penjualan terakhir BSI HSS lalu mencapai angka Rp 22 juta.

Lebih lanjut, Robby menjelaskan sampah-sampah yang diterima umumnya adalah sampah anorganik seperti botol plastik, kertas ataupun kardus yang harga perkilonya mengikuti harga pasar yang berlaku.

“Harga plastik perkilo saat ini seribu, turun naik tergantung harga pasar,” ujarnya.

Baca Juga : Meski Hanya Untuk Roda 2 dan 4, Jembatan Sungai Alalak Akhirnya Dibuka

Baca Juga : September Angka Perceraian di HSS Kian Meningkat, Faktor Ekonomi Jadi ‘Biang Kerok’

Baca Juga : Sudah Ada 14 Remaja Diperiksa Polsek Banteng Terkait Tawuran, Satu Diantaranya Masih SD

Hasil dari setoran itu nantinya akan dibuatkan buku tabungan bagi yang ingin uangnya ditabung. Atau, bisa pula uangnya diambil langsung secara cash, ataupun didonasikan.

Sementara itu, bertempat di Bank Sampah Unit Cinta Berseri (Bersih, Serasi, Indah dan Lestari) Sekretariat Daerah (Setda) setempat, Bupati HSS, H. Achmad Fikry kembali menyerahkan sampah pilah lingkungan Setda untuk memantapkan gerakan tersebut. Sekaligus dalam rangka World Cleanup Day (WCD).

Menurut Bupati, sampah-sampah ini tergantung bagaimana kita memperlakukannya. Satu sisi bisa menjadi masalah. Satu sisi bisa bernilai ekonomis yang berdampak pada penghasilan masyarakat.

“Karena jika dikelola dengan baik tentu menghasilkan pundi-pundi rupiah yang lumayan”, ucapnya.

Selain itu, sampah yang dipilah ini juga untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Kedepan, Pihaknya akan lebih mensosialisasikan gerakan ini melalui baliho dan media agar lebih masif lagi terutama di lingkup keluarga. Salah satunya dengan tidak membuang minyak jelantah yang saat ini proses pengolahannya masih dalam tahap perumusan.

Terakhir, H. Achmad Fikry menghimbau kepada semua pihak terkait untuk bersama-sama memasyarakatkan pemilahan sampah ini.

Dirinya berpesan jangan melihat hasil yang kecil.

“Jangan melihat kecil seribu dua ribu tapi jika dikumpulkan akan banyak. Saya di rekening sudah Rp.204 ribu dalam beberapa bulan,” pungkasnya. (mahdi)

Editor: Abadi