Futsal Perempuan Lebih Menantang, Bahkan Sebagian Menyebut Anti Mainstream

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Bermain futsal merupakan kegemaran hampir tiap lapisan masyarakat Indonesia. Futsal dimainkan oleh dua tim masing-masing tim terdiri dari lima pemain. Ukuran lapangannya memang bisa dikatakan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan lapangan sepakbola sesungguhnya.

Biasanya, futsal dimainkan oleh laki-laki. Sehingga akhirnya identik sebagai permainannya laki-laki. Akan tetapi, sekarang ini futsal tidak hanya digemari oleh laki-laki. Para perempuan mulai tertarik bermain futsal.

Perkembangan futsal perempuan dapat dirasakan saat ini. Apalagi, kini di berbagai SMA, banyak yang sudah membuka ekstrakurikuler futsal perempuan. Tidak hanya itu, klub-klub futsal di universitas dan umum sudah mulai menjamur.

Bahkan pertandingan futsal perempuan semakin marak diadakan, dan hal tersebut semakin membuat minat perempuan untuk bermain futsal semakin tinggi.

Atas dasar itu, Muhammad Robby (26) salah satu kiper Futsal Kalimantan Selatan (Kalsel) yang sempat membawa nama daerah di ajang nasional itu di Pra-Pon dan pon 2016. Kini mengabdikan dirinya membantu ikut melatih Futsal Perempuan di Banjarmasin Khususnya di posisi Kiper.

Pria yang mengaku sudah sering ikut turnamen di tingkat nasional mewakili PDAM Bandarmasih itu mengungkapkan kurang lebih sekitar satu tahun ia membantu sebuah klub futsal perempuan Banjarmasin untuk melatih posisi kiper.

“Salah satunya melatih khusus kiper tim Futsal perempuan Banjarmasin untuk persiapan Porprov 2022 di Kandangan,” kata M Robby kepada klikkalsel.com Rabu (26/5/2021).

Ia menuturkan, sementara ini memang Porprov masih terbilang lama dan belum ada arahan dari manajemen untuk melakukan pemusatan. Namun dengan alat swadaya dan fasilitas seadanya, ia sudah ingin mempersiapkan bibit yang matang untuk bermain di ajang tersebut.

Sebab, menurutnya untuk melatih perempuan dalam permainan futsal bisa dibilang susah susah gampang, karena harus memiliki kesabaran dibanding melatih melatih laki laki.

“Kalau perempuan harus punya ekstra sabar dibanding laki laki, karena perempuan kebanyakan masih kaku. Saya sendiri melatihnya dari nol dari tidak bisa hingga bisa menjadi kiper yang memiliki reflek dalam permainan saat menangkap bola,” tuturnya.

Selain itu, sebagai pelatih perempuan dirinya juga harus bisa membaca situasi yang mana terkadang perempuan dalam bermain futsal tergantung moodnya saat itu.

“Ya, mereka kadang mood-moodan jadi kita harus paham dan sabar, bagaimanapun juga tidak bisa instankan jadi harus sabar lah pada intinya,” jelas pria berkumis tipis itu.

Sementara ini, M Robby juga menambahkan belum ada nama untuk menjadi perwakilan Banjarmasin di ajang Porprov nanti. Sebab sampai saat ini pihaknya masih melakukan seleksi jalan.

“Yang penting minat bermain futsal dulu lah yang kita tekankan kepada mereka,” imbuhnya.

Kendati demikian, dirinya merasa lebih tertantang melatih futsal perempuan dibanding laki-laki sehingga kegiatan mereka bisa menjadi positif dibanding hanya nongkrong ke Mall-mall dan untuk kemajuan futsal di tanah Borneo.

Selain itu, persaingan di tingkat prempuan juga bisa lebih mudah bersaing untuk menjadikan pemain yang diandalkan dibanding laki laki yang persainganya begitu banyak.

M Robby sendiri mengaku sudah bermain bola sejak masih duduk di Bangku Sekolah Dasar yang berawal dari ajakan ayahnya bermain di Lapangan Bola Kayutangi, saat itu melatih di klub Rajawali FC. Kemudian sejak di Sekolah Menengah Pertama memulai debut Futsal dan sampai sekarang masih bermain di Klub PDAM Bandarmasih.

Disamping itu, Yunisa Rosalina (21) atau akrab dengan sapaan icha mengaku bermain futsal sejad duduk di kelas satu Sekolah Menengan Atas berawal dari ikut – ikutan karena bermain futsal menurutnya merupakan kegiatan anti mainstream.

“Saya sedikit tomboy kata keluarga, lalu saya mau cari olahraga anti mainstream dan kemudian kepikiran kenapa ga ikut futsal saja,” jelasnya sambil tersipu malu.

Icha sendiri mengaku di dalam permainan futsal, ia sudah pernah mencoba bermain di berbagai posisi. Namun entah kenapa ketika menjadi kiper terasa lebih menantang dan lebih tertarik.

“Semua posisi bermain di futsal sudah pernah, entah kenapa lebih tertarik di kiper, mungkin bakatnya disitu,” ungkapnya dengan penuh percaya diri.

Sementara ini, Icha ikut latihan futsal untuk mempersiapkan dirinya mengikuti liga-liga atau pertandingan tingkat kabupaten dengan harapan bisa bermain di liga profesional.

Meskipun demikian, ia mengaku untuk menjadi kiper dirinya sampai saat ini masih mood-moodan dan itu tergantung pemain lain apakah bisa bekerjasama.

“Karena menurut saya kiper sebagai penjaga tembok terakhir memiliki tanggung jawab yang besar, kalau tim tidak bagus mood saya turun dan tidak semangat,” pungkasnya.(airlangga)

Editor: Abadi

Tinggalkan Balasan