Fenomena Arisan Online Bodong, Ini Kata Psikolog

Fenomena Arisan Online Bodong, Ini Kata Psikolog
Eka Sri Handayani M.Psi.,Psikolog Dosen Psikologi di FKIP Uniska

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Fenomena arisan online bodong yang menyebabkan ratusan orang mengalami kerugian hingga milyaran rupiah menyita perhatian publik.

Kejadian seperti ini bukanlah hal yang baru. Sebelumnya telah banyak orang yang mengaku tertipu praktek arisan online bodong seperti ini.

Meski demikian kenapa fenomena ini terus berlanjut. klikkalsel.com mencoba mencari jawabannya dari kacamata psikolog terkait fenomena ini.

Eka Sri Handayani M.Psi.,Psikolog, Dosen Psikologi di FKIP Uniska mengatakan hal ini terjadi karena kultur atau budaya masyarakat yang latah atau ikut-ikutan.

Padahal sebenarnya mereka tidak memahami betul mekanisme serta risiko yang dihadapi. Para nasabah ini ujarnya kurang mengetahui latar belakang para bandar atau penyelenggara arisan sehingga lebih banyak hanya bermodal kepercayaan.

Hal ini disebabkan kurangnya literasi yang didapat oleh para korban. Sehingga tidak banyak tahu terkait cyber crime atau kejahatan dunia maya berkedok jual beli arisan, arisan online hingga pinjaman online.

“Jadi biasanya karena ikut-ikutan. Gak banyak tau tentang mekanismenya,” ujarnya, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga : Korban Arisan Online Mengaku Tergiur Keuntungan dan Tertipu Gaya Hidup Mewah

Baca Juga : Geledah Kediaman Bandar Arisan RA, Polisi Sita Barang Branded, Elektronik dan Sebuah Rumah

Apalagi semua yang serba digital membuat transaksi semakin mudah. Kemudahan-kemudahan ini lah yang akhirnya membuat orang merasa gampang untuk terlibat didalamnya.

Apalagi iming-iming keuntungan besar semakin membuat para nasabah ini semakin tergiur. Dengan hanya menanamkan sejumlah modal, nasabah dapat mendapatkan keuntungan besar tanpa harus melakukan apapun.

Ditanya supaya hal ini tak terjadi lagi, ia mengimbau agar masyarakat memperbanyak literasi dengan banyak membaca guna meminimalisir risiko menjadi korban cyber crime.

“Banyak membaca, terus lebih banyak mencari tahu tentang latar belakang penyelenggara. Jadi tidak asal ikut-ikutan, sehingga kalau salah tidak salah berjamaah,” imbaunya.

Selain itu ia pun mengingatkan agar masyarakat tidak mudah tergiur investasi yang mengiming-imingi keuntungan besar. Apalagi jika keuntungan tersebut tidak rasional, hingga ujarnya patut menduga ada kemungkinan yang salah.

“Jadi harus dikaji ulang,” imbuhnya.

Disarankannya pula, jika ingin ikut arisan, mending ikut arisan offline supaya bisa benar-benar bertemu dengan peserta dan penyelenggara secara langsung.

Meski demikian, ia lebih menyarankan kepada masyarakat untuk mengikuti kegiatan bisnis lain yang menjanjikan. Walau keuntungan tidak sebesar arisan online namun memiliki transparansi dalam keuntungan. (Nida)

Editor: Abadi