Eksplorasi Keanekaragaman Hayati Meratus

Kondisi kawasan pegunungan meratus yang kian terancam akibat ekspansi pertambangan, perkebunan menjadi perhatian sehingga harus dilakukan penghijauan kembali. (foto : istimewa)

BANJARMASIN, klikkalsel– UPT Kebun Raya Banua Kalsel menggandeng Balai Penelitian Kehutanan Kementerian LHK dan bekerjasama dengan Pena Hijau Indonesia pada kegiatan eksplorasi keanekaragaman hayati yang ada di kawasan hutan pegunungan Meratus.

Kondisi kawasan pegunungan meratus yang kian terancam akibat ekspansi pertambangan, perkebunan menjadi perhatian sehingga harus dilakukan penghijauan kembali. (foto : istimewa)

Kepala UPT Kebun Raya Banua, Agung Sriyono mengatakan, ekspedisi meratus 2018 ini memfokuskan eksplorasi keanekaragaman hayati di dua kabupaten yaitu Tabalong dan Balangan.

“Tim akan turun selama dua pekan. Ini merupakan salah satu upaya kami untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati yang ada di kawasan Meratus sekaligus menambah koleksi Kebun Raya Banua,” ucap Agung Sriyono, Selasa (20/2/2018).

Kegiatan ekspedisi meratus ini sudah dilakukan sejak 2013 dan menjangkau hampir semua wilayah berhutan yang ada di Kalsel. Kondisi kawasan pegunungan meratus yang kian terancam akibat ekspansi pertambangan, perkebunan maupun pembabatan hutan untuk kepentingan lain, ikut mengancam keanekaragaman hayati di wilayah tersebut.

“Ini harus kita selamatkan dan menjadi tujuan dari pembangunan Kebun Raya Banua,” ujarnya.

Selain Kebun Raya Banua milik Pemprov Kalsel, sejumlah kabupaten juga berencana membangun kebun raya dalam rangka menyelamatkan keanekaragaman hayati di wilayah tersebut, seperti Kabupaten Tanah Laut, Tabalong dan Balangan.

Kebun Raya Banua Kalsel yang dibangun sejak 2012 lalu dilahan seluas kurang lebih 100 hektar di kawasan perkantoran Pemprov Kalsel saat ini telah memiliki koleksi aneka flora khas Kalimantan.

Jumlah tanaman Kebun Raya Banua untuk pembibitan 8.000 spesimen, koleksi tertanam 1.299 spesimen dari 231 jenis penghijau ditambah ornamen 3.510 spesimen dari 46 jenis dan sekitar 300 spesimen anggrek.

Sebagian merupakan tanaman berkhasiat obat-obatan. Syaefudin, Ketua Tim Ekspedisi Meratus dari Balai Penelitian Kehutanan Kementerian LHK, mengungkapkan kawasan hutan pegunungan Meratus di Kalsel memiliki keanekaragaman hayati yang kaya dan saat ini perlu untuk diselamatkan.

“Mengacu pada eksplorasi tahun-tahun sebelumnya banyak kita temukan flora endemik dan khas meratus, beberapa diantaranya berstatus tanaman langka, keberadaannya kian terancam,” katanya.

Sementara anggota tim ekspedisi meratus dari Pena Hijau Indonesia, Andy Oktaviani mengatakan keikutsertaan pihaknya dalam kegiatan eksplorasi ini merupakan bentuk dukungan terhadap upaya penyelamatan keanekaragaman hayati yang ada di Kalsel.(baha)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan