Cerita Pemindahan Makam Pangeran Antasari yang Konon Ditunggu Penghuni Gaib

Makam Pahlawan Nasional Pengeran Antasari di Banjarmsin

“Pada saat Pangeran Antasari dilantik sebagai Panembahan atau Sultan Banjar, diperkirakan umurnya sudah mencapai 72 tahun, karena itulah beliau dalam keadaan sakit-sakitan. Sakit karena usia lanjut dan pada tanggal 11 Oktober 1862 Pangeran Antasari meninggal dunia. Pangeran Antasari dimakamkan di kampung Sampirang, Bayan Bengok,” tambahnya.

Lalu siapa pelaksana pemindahan makam Pangeran Antasari ?

Menurut Mansyur dari catatan sejarah Arthum Artha (1995) dilakukan Panitia Makam Pahlawan Perang Banjar pada tahun 1958. Tepatnya pada masa Orde Lama pemerintahan Presiden Soekarno. Dalam pelaksanaannya mengangkat tulang belulang Antasari di Bayan Begok tahun 1958.

“Tidak dituliskan tanggal dan bulan pelaksanaannya,” imbuhnya.

Hanya disampaikan bahwa kerangka Pangeran Antasari dimakamkan kembali pada tanggal 11 November 1958 di Makam Pahlawan Perang Banjar dalam Upacara Hari Pahlawan Nasional.

“Pada saat makam dipindahkan, memang belum keluar SK Resmi Pahlawan Nasional. Secara formalnya SK Pahlawan Nasional Antasari baru terbit 10 tahun kemudian yakni tahun 1968,” jelasnya.

Upacara pemindahan makam dan pemakaman kembali Antasari tahun 1958 dihadiri Acting Gubernur Syarkawi, Pangdam X Lambung Mangkurat, Kolonel Kusno Utomo, Walikota Banjarmasin Aidan Sinaga, Dandim 1007 Kapten M. Hammy AM serta ratusan undangan lainnya.

“Upacara di bawah pimpinan Danpom/Dandim 1007 Kotamadya Banjarmasin, Kapten Masykur Rivai. Dalam upacara tersebut juga disampaikan uraian singkat riwayat Pangeran Antasari oleh Wartawan Haji Arsyad Manan,” tuturnya.

“Kata sambutan Dandim 1007 dan amanat kepahlawanan disampaikan oleh Panglima Kolonel Kusno Utomo. Sementara doa dibacakan Rihisdim Tampawan Khalid,” jelasnya lagi.

Pada kompleks pemakaman pejuang rakyat Banjar, tokoh-tokoh yang dimakamkan selain Pahlawan Nasional Indonesia Pangeran Antasari, terdapat istrinya Ratu Antasari, kemudian Panglima Batur, panglima perang Banjar serta pengikut setia Sultan Muhammad Seman yaitu putra Antasari.

“Pada tanggal 15 September 1905 Panglima Batur dihukum gantung oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dia dimakamkan di belakang Masjid Jami Banjarmasin, tetapi sejak 21 April 1958 jenazahnya dipindahkan ke komplek Makam Pahlawan Banjar. Kalau dibandingkan dengan pemindahan Makam Antasari pada 11 November 1958, Makam Panglima Batur tujuh bulan lebih dahulu ada di komplek makam dibandingkan Antasari,” ceritanya.

Baca Juga : Sejarah Masjid Raya Sabilal Muhtadin dari Lokasi Bekas Hotel Hingga Asrama Pulau Tatas

Selanjutnya di komplek makam tersebut terdapat makam Ratu Zaleha, pejuang Banjar, yang juga cucu Pangeran Antasari. Berikutnya makam Hasanuddin H.M. (Hasanuddin bin Haji Madjedi), pahlawan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) daerah, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang wafat tahun 1966.

Lebih lanjut, kata Mansyur juga terdapat sumber lainnya mengenai cerita dibalik pemindahan kerangka Pangeran Antasari yang kemudian dirilis Ahmad Barjie dalam bukunya Perang Banjar Barito (1859-1906).

Dijelaskan bahwa Pangeran Antasari meninggal setelah sakit di Kampung Sampirang Bayan Begok Puruk Cahu Kalimantan Tengah saat Perang Banjar Barito masih Berkecamuk, sehingga jasadnya dikuburkan di dalam hutan, karena masih dalam darurat perang.

Setelah hampir 100 tahun baru lah jenazahnya sebagai pahlawan Banjar dipindahkan dan dimakamkan secara layak sebagai seorang Pahlawan.

“Akan tetapi tim selalu gagal berkali kali karena diganggu binatang buas dan makhluk gaib yang ada di hutan tersebut,” imbuhnya.

Konon jasad dan kubur beliau dijaga oleh “orang sebelah” yang ikut berjuang dan menjadi bawahan Pangeran Antasari. Maka atas usul salah satu keluarga Pangeran Antasari agar meminta tolong kepada Ulama Banjar tersohor asal Amuntai yg saat itu bertugas di Jakarta mengusir gangguan tersebut.

“Karena selain alim dia juga dikenal bisa mengusir makhluk halus. Orang yang dimaksut adalah Tuan Guru Haji Ideham Chalid,” ungkapnya.

Tim Pemindahan kerangka segera bertolak mendatangi beliau di Jakarta, namun alim ulama itu ternyata tidak ikut ke Banjarmasin. Dia hanya menitipkan surah untuk dibacakan kepada penghuni hutan tempat Pangeran Antasari dimakamkan.

“Tim sempat ragu namun lebih memilih mentaati perintahnya. Sesampainya di hutan, surah dibacakan dan ajaibnya tidak ada gangguan apapun di hutan seperti beberapa kali sebelumnya,” jelasnya.

Evakuasi kerangka berjalan lancar karena hampir 100 tahun tertanam yang tersisa hanya tulang tengkorak, tempurung dan beberapa helai rambut.

“Kisah ini cukup populer dan diceritakan langsung Tuan Guru Haji Ideham Chalid kepada murid muridnya,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi