Cerita Pemindahan Makam Pangeran Antasari yang Konon Ditunggu Penghuni Gaib

Makam Pahlawan Nasional Pengeran Antasari di Banjarmsin

“Setelah sekitar 96 tahun terkubur di pinggiran hulu Sungai Barito (tahun 1862-1958), atas keinginan rakyat Banjar serta persetujuan keluarga, makam Pangeran Antasari pun kemudian dibongkar pada 11 November 1958 dan jasadnya kembali dimakamkan di tempat sekarang,”sambungnya.

Saat dilakukan pengangkatan untuk memindah makam, kerangka Pangeran Antasari yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut.

Kendati demikian, kata Mansyur, dari penuturan versi Arthum Artha (1995) sedikit berbeda, bahwa Antasari wafat karena sakit paru paru setelah dalam pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung Tundakan.

Makamnya ditemukan dan tulang belulangnya diangkat dari pemakamannya bersama istrinya di Bayan Begok Sampirang (Baras Kuning) Puruk Cahu. Kemudian dipindahkan ke Banjarmasin.

“Makamnya pada tahun 1995 dituliskan oleh Arthum Artha (1995) berada di Komplek Makam Pahlawan Perang Banjar, Kelurahan Sungai Jingah Kecamatan Banjar Utara, Kotamadya Banjarmasin,” sebutnya.

Demikian halnya dalam buku yang dirilis Pemda TK 1 Propinsi Kalimantan Selatan (1985) bahwa pada tahun 1862, wabah penyakit melanda daerah pedalaman.

Pangeran Antasari jatuh sakit. Dalam keadaan sakit parah dia diangkut ke pegunungan Dusun Hulu. Akhirnya wafat di Bayan Begok, Hulu Teweh pada tanggal 11 Oktober 1862.

Kemudian di masa Indonesia merdeka tulang belulang beliau dipindahkan dan dimakamkan kembali di komplek Makam Pahlawan Perang Banjar di jalan Mesjid Jami yang sekarang menjadi Makam Pahlawan Nasional Pangeran Antasari di Banjarmasin pada tanggal 11 November 1958.

bekas makam Pangeran Antasari di Dusun Bayan Bengok, Desa Sampirang, Teweh Timur Kalimantan Tengah (sumber foto: FB Son Giang)

Sementara dalam literatur Sejarah Banjar (2003) dituturkan, hanya sekitar tujuh bulan sejak pengangkatan Pangeran Antasari sebagai pimpinan tertinggi Kerajaan Banjar, beliau meninggal dunia.

“Rentetannya dalam catatan sejarah bahwa pada tanggal 14 Maret 1862, yaitu setelah 11 hari Pangeran Hidayat diasingkan ke Cianjur Jawa Barat diproklamasikanlah pengangkatan Pangeran Antasari sebagai pimpinan tertinggi Kerajaan Banjar dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mu’minin (Amir Oeddin Khalifatul Mu’mina),” tuturnya.

Pengangkatan ini ditandatangani Tumenggung Surapati yang bergelar Kyai Tumenggung Yang Pati Jaya Raja sebagai wakil daerah Barito, Raden Mas Warga Natawijaya sebagai wakil daerah Teweh dan Tumenggung Mangkusari sebagai wakil daerah Kapuas-Kahayan.

“Gelar ini menunjukkan bahwa Pangeran Antasari mempunyai tiga macam tugas berat yaitu sebagai panglima tertinggi dalam pertahanan atau perang sebagai kepala negara dan sebagai kepala tertinggi agama,” ungkapnya.

Baca Juga : Peninggalan Sejarah, Bupati Balangan Perintahkan Perbaiki Jembatan Peninggalan Belanda di Lampihong