Opini  

Beda BAB, Satu Buku, Agar Berlomba Kebaikan Tidak Runyam

Kadarisman
Kadarisman

Oleh: Kadarisman, STHT
Praktisi PPA Healing
Praktisi SEFT Total Healing
Tabalong – Kalsel

Berlomba dalam kebaikan itu baik. Fatabiqul khoirot. Tapi hati2, kerap yang muncul kemudian, kebaikannya hilang yang mencuat kompetisinya. Rumus kompetisi itu menang atau kalah. Urusan kebaikan pun kemudian jadi urusan runyam. Benar atau betul? Hee.. Mau contohnya ? Tak usah dah. Lagi musim pilkada. Jaga kondusifitas kehidupan berbangsa bernegara. Setuju kan?

Tak apa. Tak usah kuatir. Hati manusia itu semesta kerumitan dan keunikan. Macam-macam. Sementara hati kita adalah hati manusia dhoif yang biasa-biasa saja. Karena bukan malaikat, jadi suka dan duka, cinta dan benci, puas dan kecewa itu jadi milik siapapun. Semua rasa itu adalah tanggung jawab setiap pemilik yang memilihnya.

Jadi tak bisa kita minta agar orang suka sama kita. Tak bisa. Atau sebaliknya tak bisa minta agar orang benci ke kita. Tak bisa. Satu hal yang kita bisa adalah, menyediakan hati seluas samudera agar setumpuk benci apapun yang ditumpukkan tak akan membuat lautan membanjiri daratan. Siapapun boleh benci. Tapi kita boleh memilih hanya cinta. Keren kan? Kata teman Ulun, Pian tuh, Hoon hee. Ujian. Belum apa2 sudah diuji pujian haa.. Pokoknya jangan suka dipuji dan jangan takut dibenci. Luaskan niat, jalankan. Jangan lupa bilang ke Tuhan: Ya Robb, titip diri dan temani hamba. Itu sakti banget.

Ada tiga prinsip fastabiqul Khoirot atau berlomba2 dalam kebaikan itu bisa memenuhi esensinya: mindset, heartset dan skillset. Jika tiga hal ini dimiliki maka sampailah kita kepada pesan Tuhan. Dipastikan tidak ada friksi. Jamin!

Sebuah ilustrasi, bahwa dalam satu buku ada banyak BAB-nya. Tapi ia buku yang sama. Rezha Rendy, founder PPA membuat analogi simple bagaimana setiap orang memiliki BAB nya sendiri-sendiri. Tugas tiap orang adalah fokus pada menyelesaikan BAB nya, bukan BAB orang lain. Begitu tulisnya dalam buku “Pesan Cinta-Nya”.

Nabi Iberahim, Allah kasih BAB ujian cinta. Apakah kecintaan pada anaknya telah menafikan keberadaan Tuhan. Tuhan suruh agar anaknya Ismail untuk disembelih.

Pun Isterinya, Siti Hajar juga Allah kasih BAB lainnya, rela ditinggalkan Iberahim di lahan tandus tanpa kecukupan. Allah uji dengan totalitas bergantung.

Ketika kita sedang diuji Allah, maka ujian itu juga menjadi ujian bagi orang lainnya, orang-orang dekat, keluarga bahkan sahabatmu sendiri. Semuanya akan terkoneksi. Persoalannya BAB nya saja yang berbeda. Kita semua sama-sama diuji.

Permasalahan yang sering muncul kemudian sering kali kita menuntut orang lain menyelesaikan BAB-nya. Dan itulah faktor kita tidak lulus ujian. Kita salah fokus, menyelesaikan BAB orang lain, tetapi BAB sendiri juga tak kunjung kelar.

Maka, siapapun yang berhasil menyelesaikan BAB nya, maka ia akan lulus dan naik level dengan hadiah kebaikan dan ketulusan. Dan siapa yang tak lulus, ia hanya akan berkutat dengan persoalannya sendiri, orang lain sudah melangkah lebih jauh.

Namun jika masing-masing orang selesai dengan BAB mereka, maka, Allah akan mempertemukan kembali sebuah kebaikan dan akan menghasilkan kebaikan yang lebih besar lagi. Sama seperti bagaimana Iberahim dan Siti Hajar menyelesaikan BAB nya masing-masing. Kita pun akan demikian, berbeda Bab tapi dalam satu buku dengan sampul keemasan. Yang orang beli bukan ban-ban nya tapi bukunya. Artinya itu kita. Bukan seorang saja. (*)

Tinggalkan Balasan