Batapung Tawar, Tradisi yang Diiringi Mantra Berganti Doa

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Semua daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang beragam termasuk di Kalimantan Selatan (Kalsel). Salah satunya ‘betapung tawar’, tradisi yang dulunya diiringi mantra dan telah berganti do’a.

Ritual Tapung tawar tersebut kerap dilakukan saat baru menempati rumah baru, peresmian gedung, sunatan anak, bamandi-mandi dalam acara perkawinan, kelahiran anak (pemberian nama anak), baayun maulid dan kegiatan lainnya.

Tapung tawar memiliki makna sebagai do’a dan keinginan yang baik, serta memohon kepada yang Maha kuasa dengan harapan terkabulkan.

Sementara pengertian Batapung tawar berasal dari kata “tapung” diambil dari bahan yang digunakan dalam tradisi batapung tawar, yakni tepung beras yang dicampur dengan air. Sedangkan “tawar” diambil dari nama daun setawar. Dalam bahasa banjar ‘tawar’ juga diartikan sebagai proses pengobatan.

Dalam prosesnya batapung tawar adalah air dicampur dengan minyak likat baboreh. Dimana minyak ini punya wangi yang khas.

Kemudian dipercikan ke badan, kepala atau anggota tubuh seseorang (manusia) atau bisa pula dipercikan pada benda, tergantung pada proses acara yang dilakukan.

Alat pemercik tersebut biasanya terbuat dari potongan daun pisang yang diiris kecil-kecil, daun kelapa, atau daun pandan.

Awalnya tradisi batapung tawar berasal dari tradisi umat Hindu dan Kaharingan (Dayak). Namun, sejak Kerajaan Banjar masuk Islam pada zaman Kerajaan Daha, tradisi yang bernuansa Hindu diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam, bukan dimusnahkan.

Inilah kebijakan pedatuan (istilah ulama Banjar terdahulu) dan Wali Songo di Nusantara. Tidak ada yang salah dengan tradisi umat sebelumnya, tapi perlu adanya akulturasi agar tetap terjaga keutuhan dalam bermasyarakat.

Dulu batapung tawar diiringi dengan pembacaan mantra atau jampi-jampi.

Sekarang tradisi ini diiringi dengan pembacaan shalawat, doa, dan ayat-ayat al-Qur’an. Jadi, tradisi batapung tawar lebih ditekankan kepada proses doa kepada Allah Swt. Tradisi tetap lestari, kehidupan religi tetap terjaga, dan tercipta kedamaian.

Betapung Tawar merupakan tradisi daerah yang perlu dilestarikan di tengah masyarakat yang semakin berkembang. Sebuah tradisi dan budaya salah satu warisan yang memiliki nilai luhur suatu bangsa, sedangkan teknologi yang semakin maju atau perkembangan zaman adalah jembatannya. Jadi keduannya harus saling bersinergi dalam kehidupan bangsa ini. (azka)

Editor : Akhmad

Tinggalkan Balasan