Tradisi Bubur Asyura Lekat Dengan Nilai Sejarah dan Kebersamaan

Tradisi Bubur Asyura Lekat Dengan Nilai Sejarah dan Kebersamaan
Ibu-ibu warga Jalan Simpang Kuin Selatan RT 21 bergotong royong membuat bubur Asyura pada momen 10 Muharram

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Tanggal 10 Muharram dikenal umat muslim dengan hari Asyura yang mana momen itu dimanfaatkan sebagai hari ladang amal.

Selain puasa sunnah, umat muslim di sebagian wilayah merayakan 10 Muharram dengan tradisi membuat bubur Asyura yang lekat akan nilai kebersamaan dan keberagaman.

Bubur Asyura itu, dalam budaya Banjar Kalimantan Selatan biasanya diolah bersama-sama keluarga maupun tetangga yang dibuat dari beras dan campuran 41 jenis bahan seperti beras, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan umbi-umbian.

Kemudian bubur itu dibagi-bagikan ke masyarakat sekitar yang kerap menjadi menu santapan berbuka puasa di momen 10 Muharram atau puasa Asyura.

Seperti yang dilakukan ibu-ibu di Masjid Cahaya Al Asri, warga Jalan Simpang Kuin Selatan, RT 21, Kelurahan Kuin Selatan, Banjarmasin Barat pada Senin (8/8/2022).

Di samping masjid, mereka tampak sibuk membagi tugas untuk membuat bubur Asyura sebanyak dua wajan besar sambil melantunkan syair puji-pujian bagi Nabi Muhammad SAW.

Galuh satu diantara warga ikut memasak bubur Asyura menyampaikan, tradisi ini sudah berlangsung sejak lama dari tahun ke tahun setiap 10 Muharram yang kemudian dibagikan kepada warga di sekitaran RT 12 setelah shalat Zuhur.

“Untuk memasak bubur warga bergotong royong dan bahan-bahannya dari hasil patungan,” ujarnya.

Baca Juga : Penjelasan Tentang Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram Serta Hal-Hal yang Disunahkan

Baca Juga : Imbas Harga Daging Sapi Mahal, Pedagang Bakso Kecilkan Ukuran Pentol

Seperti bubur Asyura pada umumnya, kata Galuh bubur dimasak dengan mencampurkan bahan-bahan mulai dari sayuran-sayuran, kacang-kacangan hingga sumber protein seperti ayam.

“Untuk menambah gurih cita rasanya, daging ayam tersebut dimasak terlebih dahulu dengan bumbu karih,” imbuhnya.

“Biasanya memang ada beberapa bahan wajib yang selalu digunakan oleh orang-orang Banjar, seperti kangkung, jagung manis, wortel, kentang, kacang panjang, tahu, tempe dan beberapa bahan lainnya,” sambungnya.

Kemudian, tentang syair sholawat yang dilantunkan ibu-ibu saat memasak bubur Asyura, Galuh menyebut bahwa itu adalah pengharapan supaya apa yang mereka lakukan tersebut bisa menjadi berkah.

“Semoga di bulan Muharram yang baik ini, kita semua mendapatkan keberkahan,” harapnya.

Terpisah, ustadz Muhammad Maulana Al Kelayani menjelaskan, kenapa dalam Bubur Asyura berciri khas dengan mencampurkan 41 macam campuran.

“Karena itu angka keramat dan penuh history,” kata Ustadz Muhammad Maulana Al Kelayani.

Tidak hanya itu, pada 10 Muharram kata Ustadz juga banyak peristiwa islam yang terjadi.

Seperti Kapal Nabi Nuh AS yang dinaiki bersama pengikutnya, selamat dari banjir bandang yang banyak membinasakan makhluk hidup hingga berhasil berlabuh di bukit Zuhdi.

“Lalu Nabi Nuh AS menyebutkan kepada umatnya yang beriman, untuk mengumpulkan semua bahan makanan yang masih ada di dalam kapal hingga dibuat menjadi satu hidangan,” jelasnya.

Hingga diambil pelajaran oleh umat islam di Indonesia pada 10 muharram, untuk mengumpulkan bahan makanan yang masih tersedia sampai 41 macam jenis. Kemudian dijadikan satu hidangan bernama bubur Asyura.

“Jadi Bubur Asyura untuk memperingati keselamatan para nabi dan rasul yang diselamatkan oleh Allah SWT pada hari Asyura,” pungkasnya. (airlangga)

 

Editor: Abadi