Banjarmasin Jadi Wadah Pekan Kebudayaan Nasional Tahun 2023

Kegiatan Laku Dalam Ruang dengan Tema Batiti Ka Muara dilaksanakan di Dermaga Muara Kuin

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Dalam rangka memperingati Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) tahu 2023, Banjarmasin menjadi salah satu kota yang terpilih sebagai tempat Program Laku Dalam Ruang dari total 9 daerah di Indonesia.

Dalam program tersebut, Banjarmasin mencoba menonjolkan keindahan Pasar Terapung Kuin sebagai bentuk mendekatkan kembali budaya khas Banjar yang hampir tergerus oleh zaman.

Program PKN yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) sebagai bentuk dukungan guna kembali memajukan kebudayaan.

Disampaikan Pimpinan Excelsior Dance Project Banua, Gita Kinanti Purnama Azri, bahwa kegiatan yang dilaksanakan ini tak hanya sekadar melestarikan budaya, namun juga sebagai upaya untuk memajukan kebudayaan yang hampir tergerus.

Ia juga menyebutkan bahwasanya dipilihnya kawasan wisata Pasar Terapung Kuin, sebagai tempat penyelenggaraan Laku Dalam Ruang di KPN 2023 kali adalah karena sejarah ratusan tahun yang telah dimiliki.

“Pasar terapung ini menjadi bagian penting kota Banjarmasin selama berabad-abad, dimana didalamnya membawa gerak laju perubahan kebudayaan warga Banjarmasin sebagai masyarakat sungai,” jelasnya.

Baca Juga Seniman Yogja Bersama Pemuda Alalak Beramai-ramai Warnai Dayung (Pengayuh)

Baca Juga Atraksi Seni dan Budaya Hadir Di Peringatan Kemerdekaan RI ke-78.

“Pasar Terapung Muara Kuin pernah menjadi jantung perdagangan di Kalsel pasar ini telah menjadi tempat pertemuan antara pedagang dan pelaut dari berbagai suku dan bangsa,” sambungnya.

Kegiatan yang mengusung tema ‘Batiti Ka Muara’ ini dilaksanakan dalam tiga kegiatan.

“Dimana pagi, kita telah melakukan kunjungan langsung ke pasar terapung, dengan tajuk memasar apung, dengan tujuan mendekatkan kembali masyarakat dengan kegiatan berbelanja di sana,” ucapnya.

Dan dalam mamasar apung itu, dirinya juga menjelaskan diselingi dengan sebuah performa kecil yaitu ritual ritus mengayuh.

Dengan maknanya ritus mangayuh ini adalah sebagai simbol kuat, dimana ada pengayuh sebagai penggerak dan pengemudi.

“Hubungannya dalam laku dan ruang adalah hubungan harmoni antara manusia dan alam,” tuturnya.

Kemudian dalam acara kedua yanga diadakan di sore, Gita menjelaskan ada ‘Sambang Sore Hari’ yang didalamnya mengangkat konteks bercengkrama bersama warga di kawasan pelabuhan Pasar Terapung Muara Kuin, bersama penampilam madihin yang akan dibawakan oleh Ahmad Syahrani.

“Dengan nuansa eksotis sunset di dermaga muara kuin yang memiliki histori panjang ini,” terangnya.

Dilanjutkan pada malam harinya, pertunjukan seni kolaborasi yang dibawakan oleh dua kolaborator seniman terpilih, yaitu Gita Kinanthi bersama Yeni Wahyuni seniman teater dari Padang Panjang.

Pertunjukan ini dikemas dalam bentuk teater, berjudul ‘Merah Kuning Kuin’, yang dijelaskan oleh Gita akan berfokus menjelaskan bagaimana kehidupan di Pasar Terapung.

“Fokus utamanya kepada perempuan di pasar terapung, dalam laku ruang hidupnya, segala perasaannya sebagai perempuan, ibu, istri, anak dan cucu dan pedagang pasar terapung,” pungkasnya.(fachrul)

Editor : Amran