Aruh Adat Baharin, Terus Dilestarikan Masyarakat Suku Dayak Halong

PARINGIN, klikkalsel.com – Aruh adat Dayak di Kabupaten Balangan, merupakan agenda tahunan sebagai bentuk ungkapan syukur panen yang melimpah tahun ini, sekaligus menjaga kelestarian kebudayaan adat.

Acara tersebut dikenal dengan sebutan Aruh Baharin. Aruh adat kali ini digelar sejak Jumat hingga Selasa 13 Oktober 2020 dilaksanakan di Balai Adat Ampinang RT 2 RW 1, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan.

Panitia Aruh Baharin, Yansyah, mengatakan tujuan digelarnya upacara ini adalah sebagai perwujudan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, atas hasil panen padi yang melimpah, sekaligus penghormatan terhadap arwah leluhur yang diyakini senantiasa melindungi mereka dari berbagai marabahaya.

“Aruh Baharin adalah upacara adat yang digelar oleh masyarakat Suku Dayak Dusun Kecamatan Halong, setelah musim panen padi dan wujud sebagai syukur serta merayakan hasil panen yang melimpah,” katanya pada Selasa (13/10/20).

Mereka meyakini, beras hasil panen atau disebut secara luas oleh masyarakat petani Balangan dengan ‘beras hanyar’ belum boleh dimakan, sebelum upacara adat tersebut dilaksanakan sebagai bentuk ucapan syukur.

Kegiatan tersebut diikuti para Balian (tokoh adat) yang memimpin upacara ritual. Keluarga yang mengadakan syukuran, biasanya akan dihadiri warga Dayak setempat.

Bahkan warga dari beberapa kampung lainnya, hadir mengikuti ritual adat tua yang masih dilestarikan dan dipertahankan di Kecamatan Halong, mereka larut menyaksikan para balian itu saat ‘Bamamang’ (membaca mantra) memanggil para dewa dan leluhur.

Sekadar diketahui, dalam perkembangannya, upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun ini juga digunakan untuk mensyukuri hasil usaha lainnya, seperti berdagang, beternak, nelayan, dan lain sebagainya.

Aruh Baharin tersebut berlangsung selama tujuh hari, dan dilaksanakan dengan sakral, karena para Balian (tokoh adat) setiap malam menggelar prosesi ritual pemanggilan roh leluhur untuk ikut hadir dalam pergelaran Aruh tersebut.

Sedangkan, untuk menikmati sesaji yang dipersembahkan pada 4 tempat pemujaan di balai, dibangun berukuran sekita 10×10 meter.

Prosesi puncak dari ritual ini terjadi pada malam ketiga hingga keenam di mana para Balian melakukan proses Batandik (menari) mengelilingi tempat pemujaan.

Para Balian seperti kerasukan saat Batandik terus berlangsung hingga larut malam dengan diiringi musik tradisional berupa gamelan dan gong.

Yang menarik saat prosesi berlangsung, ibu-ibu dan remaja wanita secara khas mengenakan tapih bahalai (kain batik yang tidak di jahit melingkar) membersihkan beras, membuat ketupat, memasak sayur, serta memasak lamang yang menjadi tanda persiapan awal ritual tersebut digelar.

Sementara para lelaki dengan mengenakan senjata tajam berupa parang dan mandau di pinggang, mereka mempersiapkan janur pemujaan, mengangkut kayu bakar, dan memasak nasi setiap hari selama ritual tersebut berlangsung.

“Proses Aruh Baharin, disiapkan oleh balian, bagi masyarakat Dayak, ritual tersebut sakral di gelar sebagai ungkapan syukur dan harapan agar musim tanam berikutnya panen padi kembali melimpah”, Pungkasnya.(wawan)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan